Senin, 02 Januari 2012

Strategi Untuk Mewujudkan Pertanian Yang Berkelanjutan

  1. Usaha membatasi kehilangan hara
Petak pertanaman merupakan unit terkecil di lahan pertanian yang dikelola secara seragam. Keputusan harus diambil untuk melaksanakan pengolahan tanah, sistem pertanaman dan pergilirannya, takaran, cara aplikasi dan waktu serta sumber pupuk pada skala petak pertanaman.
Kondisi di petak pertanaman  dapat dilihat pengembalian hara yang sama pada tempat tanaman tumbuh dengan daur yang utuh melalui tanah → tanaman → tanah →tanaman→ternak→tanah. Hara kemungkinan juga hilang dari proses daur ulang karena alirannya pergi dari petak pertanaman baik aliran hara tersebut dikelola maupun tidak dikembalikan lagi. Disamping itu, hara yang tidak berasal dari petak pertanaman akan masuk dalam aliran hara melalui kotoran ternak yang berasal dari pakan yang sebagian atau keseluruhan bersama pakan yang bukan sebagai daur hara dalam skala petak pertanaman, masih dapat dikatakan sebagai daur ulang pada skala usaha tani atau skala regional.
Mendaur ulang limbah organik dapat dilakukan melalui : pupuk kandang, pupuk asti / asal tinja, limbah pertanaman, limbah pengolahan hasil pertanian, langsung di lahan pertanian atau melalui suatu proses pengomposan, fermentasi biogas , dll.
Mengurangi penyiapan lahan dengan cara sistem tebas bakar terhadap pertanaman. Apabila usaha tani akan dilaksanakan secara intensif, pembakaran akan berakibat hilangnya bahan organik dalam jumlah yang cukup banyak. Menghindarkan terjadinya perlindian dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia dengan dosis rendah secara lambat, mempertahankan kandungan humus tetap tinggi, melaksanakan pertanaman campuran/ganda dengan komposisi tanaman yang mempunyai kedalaman sistem perakaran berbeda.
Membatasi kehilangan hara melalui hasil panen dengan cara menanam jenis-jenis tanaman yang relatif bernilai ekonomis tinggi terhadap kandungan hara, contoh :buah-buahan, jenis legum, dan jenis rerumputan. Menghasilkan sesuatu sampai taraf swasembada , sehingga kelebihan hasil dapat diekspor, sedang limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan pupuk organik. Sebetulnya , kehilangan hara dari lahan pertanian melalui hasil panen tidak dapat dihindarkan, karena petani memerlukan biaya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Demikian juga tidak mungkin dapat dihindarkan sama sekali kehilangan hara dari lahan pertanian akibat erosi dan pelindian.
Apabila terjadi kekahatan hara pada lahan pertanian intensif, penanganan nya ialah dengan membenamkan kosentrasi hara dengan cara membenamkan setempat pupuk kandang, kompos, mulsa atau pupuk hijau. Sampah organik dapat didaur ulang menjadi kompos. Proses pembentukan kompos dilakukan oleh mikroorganisme sebagai dekomposer sampah organik. Teknologi pengomposan sampah beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Teknologi pengomposan dengan aktifator akan mempercepat proses dekomposisi sampah menjadi kompos, namun produk aktifator di pasaran relatif mahal dan diperlukan dalam jumlah banyak sehingga biaya yang dikeluarkan besar, sedangkan jika tidak menggunakan aktifator maka proses pengomposan akan berjalan lambat dan memakan waktu sehingga membutuhkan alternatif lain untuk dapat mempercepat proses pengomposan dengan waktu yang relatif singkat dengan biaya yang terjangkau (Isroi, 2008).
Pengomposan dengan sampah perkotaan sebagai bahan baku mempunyai banyak keuntungan dan dapat diuraikan sebagai berikut :
1.   Membantu meringankan beban pengelolaan sampah perkotaan.
Komposisi sampah di Indonesia sebagian besar terdiri atas sampah organik, sekitar 50% sampai 60% dapat dikomposkan. Apabila hal ini dapat direalisasikan sudah tentu dapat membantu dalam pengelolaan sampah di perkotaan, yaitu :
a.       Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah, disebabkan jumlah sampah yang diangkut ke TPA semakin berkurang.
b.      Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah.
c. Meningkatkan kondisi sanitasi di perkotaan.
   Semakin banyak sampah yang dibuat kompos, diharapkan semakin sedikit pula masalah kesehatan lingkungan masyarakat yang timbul. Dalam proses pengomposan, panas yang dihasilkan dapat mencapai 600C, sehingga kondisi ini dapat memusnahkan mikroorganisme patogen yang terdapat dalam masa sampah.
2.      Dari segi sosial kemasyarakatan, pengomposan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah kota dan meningkatkan pendapatan keluarga.
3.      Pengomposan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan perkotaan, karena jumlah sampah yang dibakar atau dibuang ke sungai menjadi berkurang. Selain itu aplikasi kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan.
4.      Membantu melestarikan sumber daya alam. Pemakaian kompos pada perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan kebun dalam menahan air, sehingga lebih menghemat kandungan air. Selain itu pemakaian humus sebagai media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehingga eksploitasi humus hutan dapat dicegah.
5.      Pengomposan juga berarti menghasilkan sumberdaya baru dari sampah, yaitu kompos, yang kaya akan unsur hara mikro.
Penanaman tanaman pupuk hijau juga dapat dilakukan untuk membuat hara tanaman lebih mudah tersedia. Hara yang berasal dari lapisan bawah permukaan atau dalam bentuk yang tidak terlarut dapat dibawa ke atas melalui proses sirkulasi. Mikoriza dan mikroorganisme lain dapat memobilisasi hara sehingga tersedia bagi tanaman. Mikroorganisme pada serasah daun bambu dapat digunakan sebagai biodekomposer dan aktifator untuk mempercepat pengomposan. Serasah daun bambu mengandung bakteri Lactobacillus sp, Saccharomyces cerreviseae dan jamur Aspergillus sp. Kumpulan bakteri dan jamur pada serasah daun bambu ini dapat disebut sebagai Effective Mikroorganisme Bambu (EMB). Keberadaan bakteri dan jamur tersebut dapat diketahui ketika melakukan percobaan dengan menggunakan bola nasi yang ditutupi oleh serasah daun bambu. Nasi tersebut berfungsi sebagai makanan, tempat berkembangnya bakteri dan tempat tumbuhnya miselium dari jamur (OISCA, 1998).
Indukan ini merupakan aktifator dalam mendekomposisi sampah organik. Jika akan digunakan untuk bahan organik dalam jumlah banyak, indukan ini dapat diperbanyak dengan menggunakan air dengan perbandingan 1: 20 yang artinya 1 bola nasi yang berisi mikroorganisme dapat dilarutkan dengan air sebanyak 20 liter.
Mikroorganisme pada serasah daun bambu dapat dikembangkan sebagai biodekomposer dari sampah organik. Mikroorganisme tersebut adalah Saccharomyces cerrevisiae dan Lactobacillus sp serta Aspergillus sp. Mikroorganisme tersebut dapat mengurai sampah organik menjadi pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah. Pupuk ini hanya membutuhkan waktu seminggu dalam pembuatannya karena mikroba ini mampu memfermentasikan bahan organik dalam waktu cepat dan menghasilkan senyawa organik, seperti protein, gula, asam laktat, asam amino, alkohol, dan vitamin. (Hermawan, 2008).
Mikroorganisme tersebut mempunyai keunggulan masing – masing dalam mengurai sampah organik maupun perannya untuk menyuburkan tanah. keunggulan dari mikroorganisme ini adalah:
1.    Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus sp)
a.    Menghasilkan asam laktat dari gula
b.    Menekan pertumbuhan jamur yang merugikan, seperti Fusarium sp.
c.    Mempercepat penguraian bahan – bahan organik.
2.    Saccharomyces cerrevisiae
a.    Membentuk zat anti bakteri
b.    Meningkatkan jumlah sel akar dan perkembangan akar.
3.    Jamur Fermentasi (Aspergillus sp)
a.    Menguraikan bahan organik (selulosa, karbohidrat) dan mengubahnya menjadi alkohol, ester, dan antimikroba.
b.    Dapat menghilangkan bau.
Perkembangbiakan mikroorganisme ini relatif  mudah dilakukan merupakan potensi untuk memanfaatkan organisme pada serasah daun bambu di Indonesia secara optimal. Mikroorganisme pada serasah daun bambu juga dapat dikomersilkan menjadi pupuk cair maupun kompos yang tentu dapat menyuburkan  tanah dan meningkatkan produktifitas komoditas pertanian Indonesia. Kehilangan hara yang tidak diharapkan terjadi melalui:
  1. Erosi tanah
  2. Pelarutan hara
  3. Kehilangan bentuk gas terutama N dalam bentuk amoniak , volatilisasi dan kehilangan nitrogen bentuk gas N2 dan N2O melalui denitrifikasi.
Pengandalian / menjaga kandungan hara tanah,dapat dilakukan juga dengan Pengelolaan tanah yang baik, dimana akan berpengaruh pada aliran hara, melalui:
  • Daur ulang residu tanaman: beberapa jenis tanaman mengandung sejumlah biomassa dan unsur hara yang diperlukan pertumbuhan tanaman. Seperti hasil penelitian di USA (follet et al.,1987) hara yang dikandung residu tanaman yang dikembalikan ke dalam petak pertanaman, terdiri atas :N 24%, P 13% dan K 34%. Residu organik tersebut akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, dengan meningkatkan infiltrasi dan menekan terjadinya erosi(Lindstorm and Holt,1983).
  • Residu tanaman yang kaya hara ditinggal di petak pertanaman karena seringkali residu tanaman yang kaya biomassa dan hara, misalnya jerami tidak didaur-ulang, tetapi sebagai komoditi yang dimanfaatkan untuk kepentingan lain atau dijual.
  • Pergiliran tanaman merupakan salah satu cara pengelolaan tanah yang harus dipraktekkan. Diantara keuntungan yang dapat diperoleh melalui pergiliran tanaman, pergiliran yang efektif akn meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki tanah dan memperbaiki hara akibat erosi.
  • Tanaman penutup tanah, yang biasa digunakan oleh petani karena beberapa alasan. Mempertahankan retensi hara selama musim kemarau daripada dibiarkan kondisi kekahatan, menurunkan terjadinya erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah,Menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan kandungan N apabila memanfaatkan legum penambat nitrogen udara, dan memberikan habitat bagi perkembangan insekta tertentu (Brusko et al,1992).
  • Kerapatan pemeliharaan ternak, mempengaruhi aliran hara pada aras petak pertanaman. Makin banyak ternak yang dipelihara relatif terhadap pakan dan padang rumput yang tersedia, maka makin banyak pakan yang harus didatangkan ke petak petak pertanaman. Apabila sebagian besar hara tetap tinggal di petak pertanaman dalam bentuk kotoran, kencing dan sisa pakan maka cadangan hara tanah akan menjadi lebih besar dalam waktu  relatif cepat.
  • Penggunaan analisis tanaman dan uji tanah, banyak membantu petani dalam memberikan rekomendasi pemupukan yang tepat jenis, waktu, dan cara aplikasinya. Petani kecil jarang sekali memberikan pupuk dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi pertumbuhan tanaman, karena kesulitan biaya untuk membeli pupuk. Disamping itu, harga jual hasil pertanian relatif lebih rendah daripada harga input yang harus disediakan.
Pada umunya, tanah yang dikelola secara organik menunjukkan adanya peningkatan mikoriza yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman. Baik dalam jangka pendek atau panjang memberikan pengaruh yang positif karena sistem pertanian organik dapat dikarakterisasikan berdasarkan kelimpahan dan keragaman cacing tanah dan antropoda yang berguna.
  1. Mengelola arus radiasi sinar matahari , air, dan udara
Tumbuhan dan hewan yang berbeda memiliki kebutuhan akan cahaya, suhu, air, dan kelembaban yang berbeda pula. Kondisi pertumbuhan tanaman dan ternak sangat ditentukan oleh kondisi iklim. Kondisi ini bisa tidak selalu optimal bagi petumbuhan, bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman, ternak atau tanah, dan bisa mencakup faktor risiko besar. Kondisi iklim di suatu usaha tani terutama ditentukan oleh aliran radiasi sinar matahari, air, dan udara.
Petani bisa memanfaatkan aliran-aliran ini secara optimal dengan memilih tanaman dan ternak yang cocok dengan kondisi iklim tertentu. Atau mereka bisa mempengaruhi susunan dan struktur tajuk tumbuhan serta lapisan penutup pada tanah guna memanipulasi aliran radiasi, air, dan udara untuk menciptakan iklim mikro yang mendukung pertumbuhan tanaman dan hewan tertentu, praktek ini disebut pengelolaan iklim mikro.
Bentuk lahan atau susunan tumbuhan dapat dipilih sedemikian rupa sehingga aliran air dengan sengaja diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Praktek ini disebut pengelolaan air.
Aliran radiasi sinar matahari, air, dan udara dapat juga menyebabkan erosi tanah yang hebat. Bagi petani, erosi tanah berarti penurunan baik produksi mapun modal sumber daya alam pada usaha taninya. Dengan memanipulasi aliran-aliran tersebut ( pengendalan erosi), petani mungkin dapat meminimalkan risiko dan kerugian. Petani asli setempat sering mengembangkan teknik-teknik yang hebat menggabungkan sumber daya air, tanah, dan udara yang ada guna memanfaatkan radiasi dan air maksimum serta melindungi tanaman dan ternak dari kerusakan oleh masing-masing aliran.
Petani bisa menggabungkan tanaman (penanganan bertingkat-tingkat, tumpangsari, pagar hidup) yang masing-masing dengan ciri tajuk yang saling melengkapi, sehingga satu jenis tanaman menciptakan kondisi yang mendukung ( dalam hal naungan, perlindungan dari angin, kelembaban, dan sebagainya) bagi tanaman lainnya. Hal ini bisa jadi dilakukan dengan struktur fisik, mulsa atau pengairan/ dengan demikian, kondisi iklim mikro untuk produksi tanaman dan ternak bisa diperbaiki dan radiasi sinar matahari yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.
Petani juga bisa mempengaruhi ketersediaan air dan udara di dalam tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan kapasitas penyimpanan (misalnya melalui pengelolaan bahan organik dn pengolahan tanah) dengan meningkatkan kemampuan infiltrasi dan menurunkan penguapan (misalnya melalui pemulsaan dan pengolahan tanah), dengan meningkatkan infiltrasi ke dalam tanah (misalnya konservasi/pengumpulan air dan irigasi) atau dengan mengeluarkan kelebihan air dari lahan (melalui drainase). Dalam hal konservasi/pengumpulan air, irigasi dan drainase, mungkin struktur fisik tertentu perlu dibuat untuk menciptakan lingkungan mikro, sehingga sinergi yang diperoleh dari pengumpulan air dan unsur hara dapat dimanfaatkan sebaik-sebaiknya. Didaerah kering irigasi mengurangi risiko kegagalan budidaya tanaman yang disebabkan karena kekeringan dan sangat berpotensi untuk meningkatkan produksi biomassa melalui perbaikan kondisi pertumbuhan(Reinjtjes dkk,1992).
  1. Meminimalkan kerugian karena penyakit dan hama
Tindakan tindakan perlindungan tanaman dapat dibagi dalam kategori-kategori utama sebagai beikut:
  1. Tindakan sanitasi, misalnya memanfaatkan bibit yang sehat, benih yang bersih dan alat-alat yang bersih membersihkan sumber infeksi
  2. Penanaman ganda, misalnya dengan budidaya ganda, rotasi, tanaman perangkap, tanaman umpan, pohon naungan
  3. Praktek budidaya, misalnya dengan pemupukan kandang, pemulsaan, pengolahan, pengairan, jadwal penaburan benih, jarak tanam
  4. Tindakan mekanis, misalnya pencabutan atau pemetikan, pengolahan tanah dengan mencangkul atau membajak, perangkap mekanis
  5. Tindakan biologis, misalnya introduksi atau pelestarian musuh alami, seperti burung, serangga, mikroba, tumbuhan
  6. Eksploitasi ketahanan inang
  7. Tindakan kimiawi baik yang dari tumbuhan maupun yang buatan
  8. Praktek penyimpanan(Sutanto,2002).
Untuk meningkatkan perlindungan tanaman diperlukan kerja sama antara petani dan ilmuwan. Petani bisa melakukan ujicobanya sendiri, namun mereka seringkali membutuhkan informasi dan pengetahuan tambahan tentang efek dan bahaya pestisida yang berasal dari tanaman, pengaruh musuh alami, atau identifikasi kerusakan akibat hama. Selain itu bioteknologi dan rekaya genetika dalam pengendalian hayati digunakan untuk mengembangkan pestisida mikrobia di masa mendatang. Langkah nyata yang dapat dilihat adalah mengembangkan strain patogen secara komersial. Pemindahan plasma kode-toksin antara isolasi Bt dan pemindahannya serta alternatif organisme diketahui menghasilkan bakteri transgenik yang mencerminkan gen Bt toksin. Bakteri jenis ini kemungkinan mampu bertahan dalam jangka panjang di permukaan daun tanah. Jenis tanaman transegnik yang mengandung gen Bt toksin kemungkinan mempunyai peluang untuk mengembangkan strategi produksi tanaman.
Beberapa gatra bioteknologi yang cukup penting untuk diperhatikan adalah produksi dan stabilitasnya, inang, virulensi, ketahanan dan registrasi. Menggunakan kultur sel serangga merupakan alternatif yang cukup menjanjikan untuk menghasilkan gen asing. Saat ini sangat dimungkinkan untuk melaksanakan karakterisasi dan mengubah gen pada aras molekuler dan tehnik DNA rekombinasi untuk tujuan rekayasa dan memindahkan gen secara silang.
Peran dan kebijakan-kebijakan pemerintah pun berpengaruh pada keberlanjutan dunia pertanian, karena menyangkut kendala mutu yang merupakan prasyarat untuk menunjang keberhasilan biopestisida. Kemungkinan besar yang menurunkan kualitas prosuk dari suatu perusahaan adalah: kontaminasi, penyimpanan yang buruk, ketidakmurnian, strain tidak efisien, formulasi yang kurang tepat. Hal tersebut di atas kemungkinan akan berpengaruh pada efisiensi biopestisida dan konsumen tidak memperoleh manfaat dari penggunaan biopestisida. Dengan demikian standar biopestisida sangat diperlukan untuk meyakinan kualitasnya. Meskipun demikian, kendali mutu yang disusun harus mudah diadopsi dan di cek. Pelaksaaan ini mungkin dapat diaplikasikan dalam jangka waktu yang lama karena membutuhkan proses-proses serta tahapan untuk dapat membuat kerangka kebijakan dan menerapkan nya sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat .
  1. Memanfaatkan keterpaduan dan sinergi sumber daya genetik
Perpaduan antara tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani bnukan hanya suatu koleksi acak sumber daya genetik. Tiap spesies harus sesuai dengan lingkungan biofisik dan sosioekonomi usaha tani tersebut dan harus menunjukkan fungsi produksi, reproduktif, protektif dan sosial, atau suatu kombinasi dari semua itu. Spesies dan varietas dipilih untuk memenuhi kebutuhan subsistem dan sering juga untuk dijual, diantara tujuan-tujuan lain yang mungkin ada dalam rumah tangga petani. Pilihan terhadap tanaman dan ternak akan tergantung pada apa yang bisa diproduksi pada suatu rumah tangga dan apa yang bisa diperoleh dipasar, dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan harga produk padar serta pelayanan dan kendala suplainya.
Kesesuaian lahan, permintaan pasar, ketersediaan sumberdaya dan input – input mungkin mengharuskan petani untuk mengutamakan tanaman atau hewan tertentu, yakni untuk membatasi keanekargaman. Menciptakan peluang pasar bagi produk sejumlah jenis tanaman, pohon dan hewan yang lebih beragam akan memberikan lebih banyak peluang kepada petani untuk mendapatkan keuntungan dari budidaya sistem penanaman ganda yang terpadu.
Memelihara ternak untuk menjamin subsistensi khusunya pada daerah yang berisiko tinggi, misalnya pada daerah kering. Ternak berfungsi sebagai penyangga. Beragamnya pemeliharaan ternak memperluas strategi penurunan risiko budidaya tanaman ganda hingga akan meningkatkan stabilitas ekonomi sistem usaha tani. Penyebaran risiko dengan praktek budidaya ternak dan tanaman bisa mengakibatkan produktivitas lebih rendah dalam tiap sektor daripada usaha dengan satu sektor tunggal, tetapi produksi total persatuan luas bahan bisa meningkat karena hasil dari tanaman dan ternak bisa diperoleh dari lahan yang sama.
  1. Pengolahan hasil pertanian
Metode pengolahan yang dilakukan tidak boleh mengubah sama sekali komposisi bahan aslinya. Apabila 100% kandungan bahan olahan berasal dari hasil pertanian organik maka langsung diberi label “organik”. Proses yang dilakukan secara mekanik dan fisik misalkan, penggerusan / pengadukan / pencampuran, dan proses biologi seperti fermentasi, pengasapan, ekstraksi dan destilasi hanya boleh dilakukan menggunakan air, etanol atau minyak. Air dan garam (dengan atau tanapa CaCO2 sebagai bahan pelunak) dapat digunakan dalam produk organik. Harus dihindarkan penggunaan bahan aditif atau bahan lain yang digunakan untuk mempercepat proses pengolahan. Apabila terpaksa digunakan, harus berasal dari pertanian organik. Mikroorganisme dan enzim dapat digunakan dalam proses pengolahan bahan makanan.
Keseluruhan sistem pengemasan dan pengangkutan harus menggunakan bahan yang mudah terdekomposisi secara biologis, mudah didaur-ulang, dan dihindarkan penggunaan bahan untuk pengemasan yang tidak diperlukan.
  1. Sertifikasi produk
Dilakukan penerapan prinsip-prinsip produksi organik pada aras petani, dengan memperhatikan tanaman dan jenis yang diproduksi, menurut saranggih(2002), prinsip-prinsipnya ialah:
A.  Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem. Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan. 
B.  Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus. Sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal.
Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.
C.  Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan:seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
D.  Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya.Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif (Anonim,2008).
Pengawasan juga dilakukan pada usaha tani yang menghasilkan tanaman yang memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Hasil dan penyimpanan produk organik harus diletakkan terpisah dengan produk pertanian konvensional
  • Pada saat pertama kali dilakukan pengawasan, produsen dan pengawas harus membuat deskripsi yang terinci dari satuan yang ada dalam penyimpanan termasuk pengolahan dan pengemasan produk apabila diperlukan.
  • Setiap tahun produsen harus menunjuk pengawas , jadwal produksi dari barang yang dihasilkan
  • Dokumen pembayaran dan/ atau tertulis harus disimpan untuk memudahkan pengawas meneliti asal, sifar dan jumlah bahan dasar yang digunakan baik yang baru dibeli maupun yang sudah digunakan
  • Kunjungan pengawas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Pengawa harus melaksanakan pemeriksaan haris segera dibuat setelah selesai kunjungan dan ditandatangani oleh penanggung jawab masing-masing unit.
  • Produsen harus menyiapkan selengkap mungkin bahan-bahan yang diperlukan untuk tujuan pengawasan.
Menurut Husnain dan Haris Syahbuddin  (2005) ,Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi

2 komentar: