Jumat, 01 Maret 2013

Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur



GAMBARAN UMUM WILAYAH


Kabupaten Rote Ndao adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Merupakan kabupaten paling selatan di Republik Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Baa. Kabupaten in memiliki luas wilayah 1.731 km². Kabupaten Rote Ndao memiliki luas wilayah 1280,10 km2. Dari 96 pulau yang ada di Kabupaten Rote Ndao, hanya 6 pulau yang berpenghuni[3], yaitu:


Hampir sebagian besar terdiri dari padang rumput, pohon lontar, pohon pinus, cendana, gewang, dan bakau. Hewan-hewan menyusui besar misalnya, kerbau, sapi, kuda. Hewan menyusui kecil, misalnya kambing, babi dan domba. Binatang menjalar misalnya ular. Unggas misalnya, burung Kakatua, Nuri dan sebagainya.
Iklim di wilayah Kabupaten Rote Ndao sama halnya dengan iklim di daerah lainnya dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yaitu iklim kering yang dipengaruhi oleh angin Muson dengan musim hujan pendek, yang jatuhnya sekitar bulan Desember sampai April. seiring dengan terjadinya perubahan iklim dan pola hujan yang tidak menentu, berakibat pula pada tingginya dampak dan peluang risiko bencana. 
Mayoritas masyarakat Rote Ndao umumnya memeluk keyakinan kristen, berdasarkan data jumlah penduduk menurut agama diketahui bahwa penduduk desa Londalusi yang beragama islam sebanyak ±1.888 jiwa. Besarnya angka tersebut menjadikan agama islam di desa Londalusi (Rote Timur) sebagai agama kedua dengan jumlah jamaah terbanyak setelah penganut agama Kristen protestan.
Banyaknya Fakir Miskin, menurut Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao tahun 2011 yang paling banyak di daerah Rote Barat Laut 2948 KK, kemudian Rote Barat Daya 2619 KK, di ikuti Rote Timur sebanyak 2525 KK, Pantai Baru 2016 KK,Lobalain 1908 KK, Rote tengah 1357 KK, Rote barat 1120 KK, dan rote selatan 472 KK. Berdasarkan data yang diperoleh, wilayah muslim dengan kantong kemiskinan terbanyak dan terkonsentrasi di lokasi yang berdekatan adalah di Londalusi kecamatan Rote timur, oleh karena itu survey difokuskan di Rote Timur.



PROFIL KECAMATAN ROTE TIMUR
1.a. Demografis& Geografis Kecamatan Rote Timur
         Luas wilayah rote timur adalah 110,84 Km2 yang terdiri dari 6 desa dan 1 kelurahan, yaitu :
         1.      Kelurahan Londalusi
         2.      Desa Hundihopo
         3.      Desa serubeba
         4.      Desa Faifua
         5.      Desa Lakamola
         6.      Desa Yukekuku
         7.      Desa Matasio
       Londalusi termasuk dalam wilayah administratif  Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis, desa ini termasuk ke dalam wilayah pesisir karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Laut Sawu. Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Londalusi :

Sebelah Utara              : Laut Sawu
Sebelah Selatan           : Desa Hundihopo
Sebelah Barat              : Desa Mukekuku
Sebelah Timur             : Desa Serubeba

Jarak Desa Londalusi dari pusat pemerintahan kecamatan sekitar 0,5 km, sedangkan jarak dari ibu kota Kabupaten berjarak 58 km. Secara administrasi, Desa Londalusi terdiri dari 4 dusun, yaitu Papela, Iia, Eahun, dan Debolok. Adapun total jumlah Rukun Warga (RW) di Desa Londalusi adalah 7 RW dan 19 RT. Di Kelurahan / Desa Londalusi terdapat 1126 KK dimana terdiri dari 2123 laki-laki, dan 1905 perempuan.
Luas Wilayah Desa Londalusi adalah 12,52 Km² dengan komposisi Sawah, Tanah Kering, Tanah Hutan, dan Tanah Fasilitas Umum. Untuk tanah sawah terdiri dari sawah irigasi teknis 125 Ha, sawah tadah hujan 85 Ha, dan sawah pasang surut 40 Ha. Tanah kering terdiri atas tanah pekarangan atau bangunan seluas 164 Ha, tanah hutan belukar 10 Ha. Sementara itu untuk tanah keperluan fasilitas umum terdiri dari tanah keperluan olah raga seluas 0,5 Ha, jalur hijau seluas 1 ha, pemakaman seluas 2 ha, tanah tandus dan tanah pasir seluas 95 m².  Selanjutnya adalah tanah yang tersedia untuk aktivitas sosial yang diantaranya adalah masjid 2.000 m², gereja 4.000 m², pendidikan seluas 6.000 m². dan untuk kesehatan seluas 1.200 m².
Desa Londalusi memiliki ketinggian wilayah 500 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 60 mm/tahun. Selain itu, terdapat 90 hari dengan curah hujan yang banyak dan suhu udara rata-rata di wilayah Desa Londalusi antara 30°C sampai 32°C.
1.b. Mata Pencaharian
Menurut mata pencaharian di Kelurahan Londalusi rata-rata berprofesi sebagai nelayan yaitu sebanyak 526 orang, petani pemilik tanah sebanyak 480 orang dan sisanya sebagai petani penggarap tanah, buruh, pedagang, PNS dll. Untuk masyarakat muslim, yang berada di Papela pun menggantungkan kehidupannya dari hasil laut yaitu berprofesi sebagai nelayan kecuali warga Non Muslim di tiga dusun selain dusun Papela, warganya bekerja sebagai petani, berkebun dan peternak. Ketiga dusun tersebut adalah Iia, Eahun, dan Debolok. Alternatif lain aktivitas masyarakat muslim di desa Londalusi apabila tidak bisa menjadi nelayan adalah menjalankan usaha warung, kios atau toko sembako, tambak garam, tambak ikan bandeng, rumput Laut, kepiting dan udang. Namun aktivitas usaha itu sangat membutuhkan permodalan yang besar serta pengetahuan terkait pengelolaan dan akses pasar.

Keberadaan koperasi sebenarnya menjadi salah satu penjamin kesejahteraan masyarakat sekitar. Namun sampai pada saat ini masih terdapat pinjaman anggota yang belum terselesaikan sehingga menjadikan fungsi koperasi semakin lama semakin lemah. Rata-rata piutang yang ada pada anggota berkisar antara Rp. 400.000,- sampai Rp. 1.000.000,-. Kecenderungan anggota koperasi yang tidak menyelesaikan pinjamannya adalah karena kondisi ekonomi dan karakter SDM yang kurang bertanggung jawab (masyarakat menganggap kekayaan koperasi merupakan hibah dari pemerintah yang diamanahkan pada koperasi untuk kemudian menjadi kewajiban koperasi untuk menyalurkan langsung ke masyarakat).
Sektor perikanan merupakan mata pencaharian utama masyarakat muslim Desa Londalusi. Sebagian besar dari warga muslim mengandalkan hasil laut sebagai penopang kehidupan keluarganya. Masyarakat muslim yang bekerja sebagai nelayan memiliki aktivitas melalut dengan mengikuti musim angin barat dan angin timur. Musim angin timur terjadi pada bulan April sampai Desember dimana nelayan berlayar menuju perairan perbatasan antan Indonesia dengan Australia dimana fokus utamanya adalah menangkap ikan hiu. Ikan hiu ditangkap untuk kemudian dijual siripnya. Sementara itu, pada musim angin barat nelayan akan berlayar di sekitar pulau Rote dimana aktivitas yang dilakukan adalah menangkap udang dan ikan bandeng.
Pada saat musim angin barat sebagai nelayan aktivitas utamanya adalah menangkap udang dengan penghasilan antara Rp. 450.000,- sampai Rp. 600.000,-. Sementara itu untuk musim angin timur para nelayan menggantungkan hidupnya dengan melakukan penangkapan ikan hiu untuk diambil siripnya. Penangkapan ikan hiu dilakukan di peraiaran perbatasan antara Indonesia dengan Australia. Maksimal penghasilan bersih nelayan sirip hiu adalah Rp. 1.845.000,- perbulan. Pada kondisi tertentu ada kalanya nelayan pulang dari melaut dengan tangan hampa sehingga harus menanggung biaya operasional yang pada akhirnya nelayan tersebut merugi atau dalam istilah warga sekitar disebut “minus”.
Satu hal yang sangat disayangkan adalah dengan melimpahnya hasil ikan, masyarakat belum memiliki teknologi pengolahan secara khusus sehingga tidak dapat meningkatkan nilai jual. Umumnya masyarakat masih berfikir bahwa dengan dijual segar tanpa diolah sudah bisa terjual. Padahal jika diolah menjadi produk turunan seperti kerupuk ikan, baso dan siomay ikan, abon ikan dan lainnya akan bernilai ekonomi lebih tinggi yang tentunya akan mengantarkan kepada peningkatan kesejahteraan.





Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang biasa berlayar ke perbatasan Australia, warga di Londalusi khususnya Dusun Papela tidak jarang yang secara sengaja masuk keperbatasan australia dengan tujuan mereka dapat ditangkap oleh pihak Australia dan di penjara. Mereka beralasan bahwa penghasilan di penjara dapat lebih besar daripada harus berlayar tanpa hasil, selain itu fasilitas yang ada di penjara dan tempat karantina pun sangat lengkap, mulai dari makanan 4 sehat 5 sempurna, sarana olahraga, hiburan hingga waktu beribadah pun di atur dan difasilitasi dengan baik.
1.c. Pendidikan & Kesehatan
Dilihat dari aspek pendidikan, secara umum tingkat pendidikan warga Desa Londalusi tergolong masih rendah karena sebagian besar tidak tamat Sekolah Dasar dan tidak sekolah serta hanya sedikit tamatan SD. Persentasi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan berbanding terbalik dengan jumlah masyarakat, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin sedikit jumlah masyarakat yang ikut sekolah.
Tabel 4. Data Jumlah Penduduk Desa Londalusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Belum Sekolah
41
Tidak Tamat Sekolah Dasar
572
Tamat Sekolah Dasar
75
Tamat Akademi/ Sederajat
11
Tamat Perguruan Tinggi/ Sederjat
33

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Londalusi diantaranya adalah rendahnya minat anak-anak usia sekolah untuk sekolah karena lebih memilih bekerja ke laut dan mendapatkan uang, lemahnya motivasi orang tua dalam upaya menyekolahkan anak, keterbatasan ekonomi dengan anggapan mahalnya biaya pendidikan, kondisi sekolah yang kurang layak, pengaruh pergaulan dengan anak-anak yang tidak sekolah.
Akses terhadap sarana kesehatan di Desa Londalusi sebenarnya tergolong mudah. Tercatat ada dokter, bidan desa, puskesmas, puskesmas pembantu, namun untuk rumah sakit biasanya warga diarahkan ke RSUD Ba’a dengan waktu tempuh perjalanan 3 jam. Dengan demikian melihat ketersediaan sarana dan prasarana tersebut maka dalam hal kesehatan masyarakat Desa Londalusi tidak mengalami kesulitan apabila sewaktu-waktu harus berobat. Selanjutnya, dalam rangka optimalisasi fungsi puskesmas sebenarnya pemerintah setempat telah memberlakukan pelayanan kesehatan secara gratis kepada warga masyarakat baik yang dilakukan secara masal maupun reguler. Namun tetap saja masih banyak terdapat warga yang belum mengetahui kegiatan tersebut sehingga tingkat partisipasi masyarakat dirasakan masih sangat rendah.
Menurut keterangan dari pihak aparat desa diketahui bahwa banyak warga yang masih belum mengetahui keberadaan dan fungsi puskesmas sehingga warga lebih memilih untuk melakukan pengobatan secara tradisional yang dianggap lebih mudah dan murah dalam memberikan kesembuhan daripada pelayanan di puskesmas yang masih belum berjalan secara optimal.
Pada posisi lain, masyarakat muslim khususnya merasakan hal yang berbeda karena terdapat perlakuan diskriminatif yang berbau SARA oleh pihak pemerintahan daerah. Oleh karena itu, khusus mayarakat muslim lebih memilih sikap sebagaimana telah diuraikan di atas. Selama perjalanan survei kondisi puskesmas selalu sepi bahkan tidak ada tanda-tanda aktivitas pelayanan kesehatan yang dilakukan kepada pasien. Adapula kecenderungan penyebaran penyakit TBC masyarakat dan kondisi gizi buruk pada usia anak-anak.
1.d. Sarana dan Prasarana
1). Akses Jalan & Transportasi
Desa Londalusi dapat dicapai dengan menggunakan jasa kendaraan umum dalam bentuk angkutan umum. Angkutan umum berangkat dengan jam pemberangkatan tertentu dengan tujuan akhir Dusun Papela. perjalanan menuju Desa Londalusi dari arah Ba’a maka akan melewati daerah Nomodale, Olefulihaa atau kecamatan Pantai Timur dengan akses jalan yang relatif mudah namun pada kondisi tertentu mengalami perlambatan akibat banyaknya ternak kambing, domba maupun sapi yang berkeliaran di tengah jalan. Perjalanan diawali dari Desa Ba’a karena lokasi dermaga tempat kapal penyeberangan dari Kupang bersandar berada di Ba’a. Selanjutnya sepanjang perjalanan memasuki wilayah Desa Londalusi tampak hutan dan hamparan hijauan sepanjang jalan, baik sebelah kanan maupun kiri jalan.






Sarana jalan di Desa Londalusi terutama di Dusun Papela umumnya berupa jalan aspal dengan kondisi yang masih cukup baik. Akan tetapi kondisi sarana akses transportasi dan jalan yang cukup baik tersebut tidak didukung dengan kendaraan angkutan umum yang memadai, jumlah angkutan umum di dusun Papela hanya terdiri dari satu unit sehingga mobilitas masyarakat menuju Dusun Papela maupun keluar dusun tidak terlalu mudah. Akibatnya adalah akses terhadap perkembangan informasi dan ekonomi banyak terhambat. Satu-satunya alternatif untuk terjadinya mobilitas adalah dengan menggunakan sepeda motor, baik itu sewa atau menggunakan milik pribadi. Secara umum kondisi jalan sudah dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat meskipun masih ada beberapa lokasi yang kondisi jalannya belum beraspal.

2). Penerangan  & Jaringan Komunikasi
Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Rote Ndao yang sudah terealisasi sampai saat ini adalah bantuan penerangan yang sudah dirasakan langsung oleh masyarakat di 6 Desa dan 1 kelurahan yang tersebar di wilayah Rote Timur sebanyak 666 buah dengan rincian sebagai berikut :
     1.      KWH meter                : 125 buah
     2.      SEHEN                       : 541 buah
Sehingga yang belum memiliki penerangan baik KWH meter maupun SEHEN sebanyak 799 KK yang tersebar di seluruh desa yang berada di rote timur, untuk Londalusi jumlah rumah yang telah memiliki akses listrik adalah sebanyak 1028, dan yang belum memiliki listrik adalah 98 rumah. Akan tetapi pelayanan listrik di desa Londalusi masuk dalam kategori kurang baik pasalnya di desa tersebut sering sekali terjadi pemadaman listrik sehingga hanya rumah yang memiliki diesel saja yang tetap akan terang. Demikian halnya dengan sarana komunikasi, warga mengandalkan sarana telepon seluler dengan operator Telkomsel. Operator nasional yang dianggap paling baik adalah jaringan Telkomsel, ada juga operator XL dan Im3 namun jangkauan dan sinyalnya masih sangat tidak stabil bahkan di beberapa titik masih banyak mengalami blindspot kecuali untuk di lokasi yang berdekatan dengan tower pemancar ataupun dermaga. Untuk akses internet, warga harus menuju internet desa di dekat sekolah SD Papela karena tower berada di dekat SD papela.
Akses jembatan di Desa Londalusi, Dusun Papela memiliki akses penyebrangan yang baik, karena pada tahun 2007 pemerintah Rotendao telah membangun jembatan penyebrangan tanjung serta didukung dengan Sarana jalan umumnya berupa jalan aspal dengan kondisi yang masih cukup baik. Akan tetapi kondisi sarana akses transportasi dan jalan yang cukup baik tersebut tidak didukung dengan kendaraan angkutan umum yang memadai, jumlah angkutan umum di dusun Papela hanya terdiri dari satu unit atau biasa dikenal dengan istilah “diskotik berjalan” sehingga mobilitas masyarakat menuju Dusun Papela maupun keluar dusun tidak terlalu mudah. Akibatnya adalah akses terhadap perkembangan informasi dan ekonomi banyak terhambat. Satu-satunya alternatif untuk terjadinya mobilitas adalah dengan menggunakan sepeda motor, baik itu sewa atau menggunakan milik pribadi. Secara umum kondisi jalan sudah dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat meskipun masih ada beberapa lokasi yang kondisi jalannya belum beraspal.
3). Air & Sumber Energi
Sumber air di Londalusi mendapat pasokan dari: 1). PDAM unit papela/Rote Timur dimana pada tahun 2011 jumlah pelanggan adalah sebanyak 258 rumah dan pemakaian air sebanyak 291.056 M3 dengan biaya pemasangan kisaran Rp.1.000.000 sampai Rp. 2.000.00 , pembayaran yang dilakukan setiap bulan oleh warga rata-rata  sebesar Rp.35.000/rumah ; 2). mobil truk yang berkeliling dengan dan pembagian secara bergilir yaitu 5 hari 1x, hasil wawancara dengan warga, kebutuhan air per KK rata-rata 5000 liter/ minggu  dimana satu drum berisi 200 liter seharga Rp. 15.000 sehingga dalam seminggu warga mengeluarkan dana Rp.375.000, dan apabila diakumulasikan dalam satu bulan warga mengeluarkan dana hanya untuk kebutuhan air bersih saja sebesar Rp. 1.500.000; 3). Sumber air lainnya adalah dengan penggalian sumur dengan kedalaman sumur berkisar > 9 meter, dan air yang diperoleh adalah air payau dengan kandungan kapur yang cukup tinggi, hal tersebut menjadi penyebab warga mengidap penyakit batu ginjal karena kapur yang semakin lama semakin mengendap dalam tubuh.
Di Londalusi, Dusun Tanjung bantuan dari pemerintah berupa MCK dan sarana air bersih telah dibangun, akan tetapi warga dibebankan Rp.1000/orang untuk biaya perawatan MCK. Hal tersebut membuat warga enggan untuk menggunakan fasilitas MCK dengan alasan tidak mau membayar biaya perawatan kebersihan bangunan tersebut. Dengan sulitnya fasilitas umum yang mudah diakses warga dan kesadaran sanitasi yang masih minim menyebabkan lingkungan di derah tepi pantai khususnya Dusun Tanjung kotor karena banyak sekali kotoran manusia yang berada di sembarang tempat (khusus Masyarakat Pesisir, warga Bajo pendatang dari Sulawesi); 4). Sebenarnya sudah ada bantuan dari pemerintah berupa sumur bor di Dusun Eahun dan Dusun Iia, akan tetapi warga di dusun tersebut yang mayoritas non muslim tidak ingin berbagi air dengan dusun lainnya dan sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti alasan mengapa warga dusun tersebut tidak ingin berbagi air dengan dusun lainnya seperti dusun papela yang mayoritas muslim.







Kebutuhan warga untuk kebutuhan sumber energi berupan minyak tanah dan bensin sangat tinggi, mengingat sebagian besar warga memasak dengan kompor minyak dan menggunakan kendaraan bermotor untuk akses transportasi akan tetapi akses warga untuk mendapatkan sumber Energi seperti minyak tanah dan bensin tidaklah mudah. Warga harus menunggu datangnya pasokan minyak tanah dan bensin dari Kupang ke Ba’a 1 bulan 1 x yang kemudian oleh agen minyak di ba’a akan disebarkan ke seluruh wilayah di rote seminggu 2x. Minyak tanah di jual per drum kapasitas 200 liter seharga Rp.1.400.000,- untuk warga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit di dirigen-dirigen kecil warga harus mengantri panjang agar dapat membeli minyak tanah dengan harga Rp. 4500,- karena jika harga biasa tanpa mengantri minyak tanah berkisar antara Rp.6000 sampai Rp.8000.






3).Sarana Ibadah (Masjid)
Di Londalusi terdapat 3 masjid, yaitu masjid Al Bahri, Al muhajirin & Al Mujahidin. Masjid paling aktif diantara ketiga nya adalah masjid Al bahri karena masjid tersebut sering diadakan pengajian anak-anak yang berjumlah ± 200 santri dengan 7 pengajar. Kegiatan belajar Santri-santri diisi dengan hafalan-hafalan, membaca al qur’an dan dibagi menjadi 6 kelas sesuai dengan usia dan kemampuan menghafal. Semua santri yang terbagi dalam 6 kelompok belajar dalam satu waktu dan satu tempat tanpa sekat apapun hanya lingakran-lingkaran kecil yang tersebar di berbagai penjur masjid Al Bahri yang menjadi pembeda antar kelas, sehingga suara sahut menyahut antar para ustadz dan ustadzah bersaing agar para santri dapat fokus dan tidak terganggu dengan kelas lainnya.
Fasilitas seperti buku-buku keagamaan dan Al qur’an sangat minim, para ustadz dan ustadzah pengajar hanya mendapatkan fee sebesar Rp. 100.000/bulan bila semua santri membayar iuran, bahkan tidak jarang para ustadzah hanya mendapatkan Rp. 50.000/bulan, serta kurangnya Da’i muda yang siap menjadi penerus pak husein untuk memimpin, menghidupkan masjid dengan berbagai aktivitas, dan melatih para ustadz dan ustadzah guna meningkatkan kapasitas tenaga pengajar santri.

Masjid Al Mujahidin yang letaknya di Dusun Tanjung dimana tanah areal masjid hasil wakaf dari TNI angkatan laut, dan saat ini sedang dalam tahap pembangunan atas swadaya masyarakat muslim setempat, dan pemerintah. Saat ini Masjid Al Mujahidin telah selesai di bangun tanpa fasilitas wudhu yang memadai karena masih menggunakan tangki besar untuk saran wudhu para jama’ah dengan kapasitas 800 liter/ 1 tangki dan air tersebut diperoleh dengan membeli ke mobil air yang biasa berkeliling, dan tidak ada WC umum. Jika air di masjid telah minim, para jama’ah biasa berwudhu di rumah masing-masing sebelum berangkat shalat berjama’ah.















Thanks to:
1. pak ahmad (Ba'a)
2. pak untung (Kepala Dinas Pertambangan Rote & ketua umum BKM)
3. pak ahmad (imam masjid An nur di Ba'a)
4. mba aci (Papela, Kel. Londalusi)
5. imam masjid di Batutua
6. kepala dusun Batutua
7. pak umar (papela, kel. londalusi)
8. bu astiti (kepala sekolah SD papela di londalusi)
9. ketua koperasi di papela
10. semua staf pemerintah di Rote & warga yang bersedia menjadi narasumberkami selama survey disana










Inilah potret team survey : (kanan) ika Akmala - divisi program relief, mas husein - divisi program ekonomi,  mas yusa al farisi - pertanian sehat indonesia, & mas saripudin - kampoeng ternak (paling kiri).