Selasa, 27 Desember 2011

MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI MUTU HIDUP (Oleh: Drs. Mardiya)

MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI
UPAYA MEMPERBAIKI MUTU HIDUP
Oleh: Drs. Mardiya
Manusia modern dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat melepaskan diri dari penerapan
teknologi, karena manusia modern tidak sekedar menjalani hidup akan tetapi telah menempatkan
kenikmatan hidup sebagai salah satu sikap dan perilakunya dalam mencapai kebahagiaan.
Sebagai konsekuensi dari perilaku manusia modern ini, maka kebutuhan untuk kehidupan yang
diambil dari lingkungannya tidak lagi sebatas subsistensi (jumlah yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi-fungsi hidup) akan tetapi telah meningkat pada jumlah kebutuhan yang
berlebih. Jumlah sumberdaya alam yang dibutuhkan semakin diperbesar lagi oleh pertumbuhan
populasi manusia dan penemuan-penemuan baru berkat perkembangan sains dan teknologi.
Akibatnya, sumberdaya alam dikuras serta dari kegiatan produksi dan konsumsi benda-benda
keperluan hidup sehari-hari akan dihasilkan hasil samping berupa limbah yang dapat mencemari
lingkungan. Limbah tersebut dibuang ke media lingkungan, yaitu air, udara dan tanah. Sebagai
akibat lebih lanjut dari pencemaran, terjadi kerusakan dan mungkin kepunahan komponen biotik
dalam ekosistem. Komponen biotik ini meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan, jasad renik dan
manusia itu sendiri. Kerusakan komponen biotik menyebabkan daur biogeokimiawi, yaitu daurdaur
materi dan aliran energi dalam ekosistem terganggu.
Ketimpangan daur ekosistem akan mengakibatkan sumberdaya alam semakin turun
kualitasnya dan juga kuantitasnya, yang akan dipuncaki dengan kepunahan Sumberdaya alam
tersebut. Jika hal ini terjadi maka daya dukung lingkungan untuk kehidupan mansuia dan
makhluk hidup lainnya akan menjadi turun, sehingga (kelestarian) populasi manusia menjadi
terancam. Dengan demikian untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia dari generasi
ke generasi sampai pada akhir jaman perlu dilakukan pengelolaan lingkungan yang bijaksana.
Menurut Otto Soemarwoto (1989), pengelolaan lingkungan dapat diartikan sebagai usaha
secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar
manusia dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Sedangkan menurut UU No. 4 Tahun 1982,
pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup. Dari
pengertian tersebut ada dua hal yang harus ada dalam pengelolaan lingkungan hidup yang
bijaksana, yaitu upaya pemanfaatan lingkungan untuk mencapai kebutuhan hidup dan usaha
pelestarian lingkungan hidp agar tidak terjadi ketidakseimbangan ekosistem.
Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hanya akan berhasil baik jika bertumpu pada
pengembangan sains dan teknologi, sehingga penerapan teknologi pada masyarakat tidak
semata-mata teknologi eksploitasi, melainkan juga teknologi yang mampu mengarahkan
perencanaan dan pengelolaan lingkungan dan sekaligus memberikan koreksi terhadap
ketimpangan daur ekosistem yang selama ini terjadi.
Pengelolaan lingkungan hidup yang dapat meningkatkan mutu kehidupan manusia tanpa
merusak lingkungan pada masa-masa sekarang dan masa yang akan datang sangat diperlukan.
Oleh sebab itu menurut Emil Salim, pemanfaatan sumberdaya alam harus bijaksana dan
berwawasan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup rakyat sepanjang masa.
Berkaitan dengan masalah tersebut, maka dalam mengolah sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : (1) Terbatasnya jumlah dan
kualitas sumberdaya alam, (2) Lokasi sumberdaya alam serta pengaruhnya terhadap
pertumbuhan masyarakat dan pembangunan daerah, (3) Penggunaan hasil sumberdaya alam agar
tidak boros, (4) Dampak negatif pengolahan yang berupa limbah dipecahkan secara bijaksana,
termasuk pembuangannya. Apakah ke dalam tanah, ke dalam sungai, ke udara, limbah buangan
harus sudah dinetralisir sehingga tidak mencemari lingkungan hidup.
Sedangkan dalam pengolahan Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui perlu
memperhitungkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Cara pengolahan hendaknya dilakukan
secara serentak disertai proses pembaruannya, (2) Hasil penggunaannya sebagian untuk
menjamin pembaruan Sumberdaya alam, (3) Penerapan teknologi yang tepat sehingga teknologi
yang dipakai tidak merusak kemampuan Sumberdaya alam untuk diperbaharui, (4) Dampak
negatif pengolahannya ikut dikelola
Masih berkaitan dengan pengelolaan lingkugan hidup, agar dapat dicapai pengembangan
lingkungan hidup yang ideal yang dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan lingkungan
hidup, yaitu: Pertama, bahwa segala zat, benda, organisme hidup dan lain-lain hal dalam
lingkungan saling berkaitan sesamanya. Oleh karena itu setiap usaha yang menyangkut zat,
benda dan organisme tertentu langsung berinteraksi dengan zat, benda dan organisme hidup
lainnya di bagian lain dalam lingkungan. Hubungan interaksi ini bisa intensif dan segera terasa
dalam waktu pendek, bisa pula bersifat tidak langsung dan baru terasa setelah lewat beberapa
waktu. Contoh pengaruh langsung yang segera terasa, yaitu penebangan hutan di hulu sungai,
menyebabkan terjadinya erosi di bagian hulu dan besarnya pengendapan lumpur pada bagian
hilir. Contoh pengaruh tidak langsung yang dalam jangka lama baru terasa akibat, yaitu
tercemarnya air sungai oleh logam berat. Seperti kitaketahui bahwa dalam air hidup berbagai
jenis ikan yang biasa dimakan oleh penduduk. Penduduk baru menderita penyakit puluhan tahun
kemudian setelah memakan jenis ikan yang hidup pada air yang tercemar.
Kedua, bahwa sesuatu yang dibuang dalam lingkungan alam tidak akan hilang. Limbah
industri yang dibuang bisa dianggap hilang oleh pengusaha industri. Namun limbah itu
sebetulnya hanya pindah tempat, masuk ke lingkungan air, udara dan tanah. Hal ini dapat
mengganggu kesehatan masyarakat di tempat atau lingkungan yang lain. Ekosistem terbentuk
sebagai hasil perkembangan alam dalam ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun. Untuk membuat
lapisan lahan bagian atas setebal 2,5 cm, diperlukan waktu sekitar 300 tahun. Karena ekosistem
membutuhkan waktu yang lama proses pembentukannya, maka kita jaga kelestariannya.
Ketiga, bahwa stabilitas ekosistem berkaitan langsung dengan keanekaragaman isi
lingkungan. Semakin beraneka ragam isi lingkungan dengan bermacam-macam fauna dan flora,
semakin stabil ekosistem itu. Sebaliknya semakin seragam isi lingkungan dengan tumbuhtumbuhan
dan binatang yang sedikit jenisnya, semakin labil dan goyah ekosistem itu.
Keempat, bahwa ekosistem yang beranekaragam dan stabil itu menumbuhkan kualitas
hidup yang lebih tinggi dibadingkan dengan ekosistem yang seragam dan labil.
Kelima, bahwa ekosistem yang kuat mendesak yang lemah. Kuat dalam makna fisik
maupun intelengensi, mampu mendesak yang lemah.
Keenam, tidak ada hal gratis dalam kehidupan lingkungan. Apabila manusia hanya
memetik dari alam tanpa siklus kehidupan. Dan hal itu akan menimbulkan ketidakseimbangan
dan muncul gangguan atau bencana di saat lain. Apa yang diambil dari lingkungan hidup harus
disertai dengan usaha memberikannya kembali kepada alam.
Namun harus diingat bahwa untuk mematuhi ketujuh dalil lingkungan itu diperlukan sikap
disiplin dan bertanggung jawab. Tanpa sikap disiplin dan bertanggung jawab, akan sulit dicapai
pengembangan lingkungan hidup yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup yang baik.
Menurut email salim, hal itu bisa dicapai jika pola pembangunan, pola produksi, pola pemasaran
dan pola konsumsi dapat memberi kontribusi (dukungan) demi terpeliharanya dalil-dalil
lingkungan tersebut. Atas dasar itu, maka pengelolaan lingkungan hidup yang berwawasan
lingkungan hanya akan berhasil dengan baik jika didukung oleh semua penduduk. Dengan kata
lain, kearifan terhadap lingkungan hidup harus menjadi milik setiap insan atau membudaya di
dalam seluruh masyarakat.
Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa lingkungan hidup di Indonesia banyak
memiliki permasalahan. Banyak kondisi lingkungan hidup di Indonesia yang telah rusak, dalam
arti banyak lingkungan hidup yang tidak seimbang keadaannya, sehingga kurang ada manfaatnya
lagi bagi kehidupan manusia.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa permasalahan lingkungan hidup disebabkan
oleh berbagai faktor terutama oleh penduduk dengan segala dinamika dan aktivitasnya dan
pengelolaan Sumberdaya yang kurang bijaksana. Sadar akan hal itu pemerintah Indonesia
mengambil langkah-langkah pasti dalam usaha pengelolaan lingkungan hidup untuk
kesejahteraan manusia dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Langkah-langkah pasti
dalam usaha pengelolaan lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia dengan tetap
memperhatikan kelestariannya. Lanhkah nyata pemerintah Indonesia dalam pengelolaan
lingkungan hidup agar dapat dicapai engembangan lingkungan yang ideal adalah ditetapkannya
Undang Undang No. 4 Tahun 1982 pada tanggal 11 Maret 1982 tentang ketentuan-ketentuan
pokok pengelolaan lingkungan hidup. serta pengaturan biaya pembangunan lingkungan hidup.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkunngan hidup tersebut terdiri dari 9 bab, 24 pasal dan pejelasannya. Di dalam undangundang
tersebut sudah tercantum berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan,
mulai dari asa dan tujuan, hak kewajiban dan wewenang, perlindungan lingkungan hidup,
kelembagaan, ganti kerugian dan biaya pemulihan sampai sampai ketentuan pidana bagi
pelanggar. Dengan adanya undang-undang tersebut banyak langkah dan kegiatan yang telah
diambil pemerintah dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang mendukung pelestarian
lingkungan hidup. Di samping itu pemerintah juga mencanangkan “Pembangunan Berwawasan
Lingkungan” yang sekarang semakin membudaya di kalangan masyarakat.
Drs. Mardiya, Peminat masalah lingkungan
hidup dan Pegiat Bina Lingkungan Keluarga
(BLK) Kabupaten Kulonprogo

bunga toga


Hari wisuda sangatlah hari yang dinantikan oleh semua mahasiswa, tak jarang deretan bunga indah nan menawan pun selalu menampakkan pesona nya untuk memberi ucapan selamat dan melambangkan kebanggaan di pangkuan para wisudawan atau wisudawati dengan berbagai predikat gelar. Persiapan untuk menyambut hari yang dianggap sakral itupun seringkali membuat para calon wisudawan / wisudawati terpontang-panting mempersiapan segala perlengkapan dari baju, sepatu, penginapan untuk orang tua dan sebagai nya tapi tak jarang pula yang hanya mempersiapkan seadanya, dan salah satunya adalah diriku sendiri. Hari kebanggaan dimana itu sangat menjadi momok yang berat bagiku, memang tak ku sangkal bahwa aku pun sangat merasa senang ketika masa penantian ku setelah 4 tahun ini telah terlewati dan terselesaikan dengan hasil yang cukup membuat ku tenang akan tetapi seseorang menyadarkanku bahwa kebahagiaan itu takkan lama. Dan aku sangat bersyukur untuk peringatan itu, setidaknya otak ku sudah mulai berfikir keras sejak 1 bulan sebelum acara wisuda berlangsung dan pengesahan gelar ku di kumandangkan. Hal itu membuat hari wisuda ku tgl 13 desember adalah hari yang menyenangkan sekaligus hari yang sangat menakutkan bagku, betapa tidak, hari itu semua orang menyanjungku, meberiku gelar, memberikan ku do’a, dan bunga-bunga kebanggaan pun tak luput dari prosesi wisudaku, akan tetapi menjelang malam orang tua ku telah mulai mengerutkan dahi dan bertanya “kamu mau kerja dimana setelah ini? Ataukah mau melanjutkan beasiswa? Sudah dapat beasiswa apa untuk melajutkan? Ataukah kamu sudah memiliki calon suami dan akan segera menikah?” , dan saat itu aku telah siap mendengar pujian sekaligus cemoohan. Meskipun sebenarnya aku telah dapat dikatakan “sudah bekerja” dan telah “mendapatkan pekerjaan” atau “bukan seseorang tanpa aktivitas” jika dibandingkan teman2 ku yang sibuk berfikir tentang “main”, “menyiapakan perpisahan”, “traktir wisudaan”, tentuny aku merasa jauh lebih baik. Tapi sayang tak ada satu pun orang yang berfikir itu padaku , keluarga ku bahkan seseorang yang juga sangat berarti bagiku. Semuanya selalu memberiku pertanyaan demi pertanyaan tentang “apa rencana mu ke depan nya?” dan menjelaskan masing-masing apa yang mereka semua harapkan dan inginkan dariku. Aku mengerti bahwa semua itu wujud cinta , hanya seringkali aku menerjemahkan nya kepada kata ”penekanan” karena saat itu aku hanya ingin berfikir dan betul2 merencanakan apa pilihan ku dan ku ingin merka mendukung ku. Aku bukan robot yang dapat berfikir cepat, bagaimana pun aku butuh waktu. Seringkali aku muak dengan semua itu, tapi biarlah ku buat hal itu jadi pil pahit bagiku yang harus kutelan, karena ku yakin ini adalah wujud kasih sayang mereka. Bunga itu saat ini telah mulai menguning dan rapuh, Warna semarak yang awalnya begitu menjadi pujaan kini telah menjadi coklat dan layu. Sama dengan diriku, gelar sarjana yang menyandang gelar “pengangguran”, sebenarnya bukan karena memang tak ada lapangan pekerjaan bagiku, sebenarnya jika aku mau, dengan mudahnya aku bisa menjadi seseorang yang setara dengan direktur di yayasan yang ibu ku miliki. Tapi aku sama sekali tak mengingikan itu, dari semua itu aku belajar membuat pilihan dan mengukir pena hidupku, aku ingin mencari recehan di pelataran jalan sana, mengais peluh dan tangisku sendiri. Tanpa harus membebani siapapun, termasuk keluarga ku. Aku ingin mencoba membuktikan bahwa aku bisa mewujudkan itu. Hidup memang sebuah pilihan, mungkin aku adalah salah satu deretan sarjana yang menjadi bahan tawa dan diskusi bagi teman2 ku yang masih mempertahankan idealisme tentang “ sarjana terkatung-katung mencari loker di kota besar “. Meskipun aku menertawakan dirku sendiri, tapi aku tak peduli. Hidup ku adalah jalanku yang menjadi pilihan ku, dimana pada setiap langkahku ku ingin membuat cinta bagi orang-orang yang aku sayangi yaitu keluarga ku. Mungkin memang bukan berarti aku harus membelinya dengan materi tapi aku hanya ingin membuat mereka percaya bahwa aku telah dapat menjadi seseorang yang berarti. salah satu lembaga nirlaba amil zakat yang ku geluti, membuatku belajar bahwa tak selamanya aku harus menjadi jembatan. Aku pun ingin menjadi sang hulu bagi hilir yang dapat berbagi kesejukan dan kesejahteraan surgawi. Itulah pilihanku dan aku harap mereka senantiasa merestui langkah ku, karena bagaimanapun mereka adalah orang-orang yang sangat berarti untukku, semangat dan tangis ku ada pada tawa dan tangis mereka,,,, bapak, ibu, teteh, aa, org tua tiri ku, dan yuka.

Kamis, 01 Desember 2011

DOMINANSI PERTUMBUHAN PUCUK



Terdapat dua fase dalam pertumbuhan tumbuhan secara umum, yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif terjadi pertumbuhan pada proses pembentukan organ yang baru seperti daun, cabang, dan akar. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif terbentuk organ alat perkembang biakan seperti bunga, buah, dan biji.
Pada tumbuhan dikotil, pertumbuhan secara, fase pertumbuhan vegetatif di tandai dengan adanya dominasi pucuk yang akan menghambat pertumbuhan lateral. Dominasi pertumbuhan pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorongpertumbuhan tunas lateral. Pertumbuhan tunas lateral akan terhambat bila bagian pucuk yang di potong diberi auksin. Hal tersebut menunjukan adanya pengaturan mekanisme pengaturan pertumbuhan kearah lateral oleh auksin. Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tumbuhan, yang akan didistribusikan secara polar yang mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Pertunasan merupakan fungsi dari faktir internal (genetik) dan eksternal (lingkungan). Sebagai grower mungkin faktor internal dapat dianggap sebagai uncontrollable. Namun ada beberapa faktor internal yang dapat diakali dengan pemberian hormon. Dimana menurut Teori yang umum berlaku, selama masih dalam pengaruh “apical dominance”,tunas samping tidak akan tumbuh (Thari wie,  2008) seperti yang telah dikemukakan di atas. Secara umum, tanaman akan tumbuh terus ke atas, untuk tanaman adenium dapat mencapai ± 2 meter, bahkan beberapa jenis bisa lebih tinggi lagi.   Pertumbuhan keatas akan terjadi selama pucuk tunas atas masih ada.  Adanya pucuk ini menyebabkan pertumbuhan tunas samping terhambat (disebut sebagai dominansi apical).  Agar tanaman dapat tumbuh lebih rimbun dan membentuk banyak cabang samping, maka tunas atas harus dipotong(Anonim, 2008).
Dominasi pucuk yaitu  penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin (Paras, 2009). Definisi Auxin itu sndiri  adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan suatutanaman. Hasil penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auxin. stimulasi auxin pada pertumbuhan pucuk suatu tanaman(Dony, 2009).
Adenium mempunyai gen pengatur dominansi pucuk (dad = decreased apical dominan). Munculnya  cabang ada dibawah kendali hormon auksin yang terdapat di pucuk (apical dominance). Dimana Pertumbuhan pucuk, pada umumnya memerlukan zat pengatur tumbuh dalam media. Tahapan pertumbuhan dan tipe pertumbuhan, menentukan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan. Auksin yang biasanya dipergunakan dalam kultur pucuk, adalah IAA, NAA  dan  IBA. Menurut  Franklin P. Gardner et all (1991).
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan khususnya merangsang perpanjangan sel, sejumlah substansi alami menunjukkan aktivitas auksin. Akan tetapi yang dominan, dan yang petama keali diidentifikasi ialah IAA. Semakin kecil pengaruh auksin, semakin besar peluang keluar cabang. Inilah dasar ide “potong pucuk” adenium di usia dini (menghilangkan pabrik auksin yang ada di pucuk) sifat bercabang atau tidak bercabang, adalah sifat “kualitatif”, ditentukan oleh gen tunggal, resesif. Sementara jumlah cabang yang muncul, adalah bersifat “kuantitatif”, ditentukan oleh banyak gen (polygenic).  Mengacu pada hukum Fenotipe = Genotipe + Environment (ada yang menambahkan lagi plus fase pertumbuhan tanaman) (Jogjafg, 2008).
Pada batang tanaman umumnya sebagian besar kuncup apical memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap kuncup samping dengan mencegah / menghambat perkembangannya, begitu juga dengan tanaman Adenium. Produksi kuncup tambahan yang tidak berkembang mengandung pertahanan pasif, karena bila kuncup apical rusak atau dimakan hewan atau patah karena badai, kuncup samping akan tumbuh dan menjadi tajuk utama Dengan memotong bagian pemanjangan pada koleptil atau batang dikotil, kemudian menumbuhkannya dengan menambahkan auksin, yaitu berupa groowton. maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan terhambat. Pada tumbuhan yang dipetik ujung atasnya (yang memiliki kuncup tumbuh) terjadi penambahan konsentrasi IAA yang lebih tinggi dari kuncup yang sedang tumbuh (tumbuhan pada ujung atas tetap tumbuh) sehingga kuncup samping terpacu perrtumbuhannya diikuti peningkatan jumlah dan konsentrasi IAA dikuncup tersebut(akmala-akmal, 2009).
   Hasil pengamatan adalah, tumbuh tunas lateral pada minggu ke-4. Hal tersebut karena, Menurut Leopold A.C (1949), auksin memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pucuk, hanya saja cahaya dapat berpengaruh pada pertumbuhan batang atau pucuk. Dalam gelap, terjadi etiolasi hebat( pemanjangan ruas) dan mirip dengan pemanjangan ruas mesokotil. Ruas tanaman yang ternaung seperti pada tegakan yang rapat, lebih terentang/lebih panjang. Pengaruh penaungan itu dianggap disebabkan oleh peningkatan auksin, yang mulai bekerja secara sinergis dengan GA. Secara teoritis, perusakan auksin karena cahaya lebih sedikit pada tegakan yang ternaung karena penyinaran kuat menurunkan auksin (Gardner P.Franklin et all, 1991).
            Selain itu, Peranan suhu juga ikut berperan dalam tumbuhnya tunas lateral. Dimana suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, semakin tinggi suhu dalam batas tertentu maka reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim (Paras, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Akmala-akmal. 2009. Dominansi Pucuk.www.akmala-akmal.blogspot.com. (diakses pada 5 Mei 2009).
Anonym. 2008. Kiat Lebatkan Bunga Adenium.http://www.joomlart.com.(diakses, 15 juni 2009)
Dony. 2009. Zat Pengatur Tumbuh.www.google.com.(diakses pada 14 juni 2009).
Gardner P.Franklin et all. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia       Press.Jakarta.
Jogjafg. 2008. Kultur Pucuk. www.vanillamist.com. (diakses pada 14 juni 2009).
Leopold, AC. 1949.Am.J.Bot.36:437-40.London
Paras. 2009. BABVI: PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN TANAMAN & FAKTOR LINGKUNGAN. www.paras.blogspot.com(diakses pada 15 juni 2009).
Wie,Thari,. 2008. Teknik Perbanyakan Aglaonemaala Bu Tharie Wie. www.wordpress.com(dibuat: January 21, 2008 at 3:12 pm ) .








PEMBIAKAN DENGAN CARA SETEK



Setek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Setek merupakan pemotongan organ dari induk yang kemudian ditanam di medium agar menumbuhkan akar dan tunas batang. Setek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.
Keunggulan setek:
  • Sifat tanaman baru sama dengan sifat induknya.
  • Bagian tanaman induk yang diperlukan sebagai bahan setek relatif sedikit, sehingga tidak merugikan tanaman induk.
  • Menghasilkan tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah memiliki akar, batang dan daun.
  • Setek mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknologi yang rumit.
  • Biaya yang dikeluarkan sedikit dan waktu yang diperlukan relative singkat.
  • Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak dari pada cangkok dan okulasi.
  • Tanaman baru hasil setek memiliki keseragaman umur
Media yang diperlukan dalam perbanyakan setek adalah:
  • Campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah jadi dengan perbandingan ( 1 : 1 ).
  • Campuran tanah, pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan ( 1 : 1 : 1 ).
Cara perlakuan-perlakuan setek yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
  • Setelah bahan setek dipisahkan dari tanaman induk (kecuali setek daun), bagian pangkal segera direndam dengan air atau dicuci dengan air yang mengalir. Tujuannya supaya jaringan pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan setek akan cepat menyerap air dan mineral dari media tanam.
  • Untuk mempercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rooton F. Pangkal setek dalam keadaan basah dimasukkan ke dalam Rooton F.
  • Lembaran daun yang ada dibahan setek dipotong setengahnya. Pemotongan daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan.
Setek dapat disemaikan dalam polibag atau bedengan selama bahan setek disemai, keadaan lingkungan media semai harus terlindung dari sinar matahari dan air hujan langsung dengan cara menyiapkan atap atau naungan. Media semai harus disiram secara rutin supaya tetap lembab. Pada musim kemarau setek disiram dua kali sehari sedangkan pada musim hujan cukup disiram sehari sekali. Air sisa siraman harus dapat mengalir secara lancer dari polibag atau bedengan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan setek yaitu:
·         Kondisi batang yang masih muda, pada kondisi batang yang masih muda memiliki kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi, hal ini yang menyebabkan pucuk tumbuh lebih cepat dibandingkan akar.
·         Kondisi pisau yang kurang steril, agar pisau yang digunakan steril yaitu dengan menggunakan alkohol, dengan menggunakan alkohol akan membersihkan bakteri-bakteri yang terdapat pada pisau dan menghindari menempelnya bakteri pada luka setek yang bisa menyebabkan kegagalandalam setek. 
·         Kekeringan.

Setek atau Cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Tanaman yang disetek, dipotong di salah satu bagiannya. Potongan tanaman bisa langsung ditanam pada medium tanah. Setek bnyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman-tanaman hias dan tanaman buah, seperti: anggur, markisa, sukun, jeruk nipis, apel, panili, sirih. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Boulline dan Went (1933) menemukan substansi yang disebut rhizocaline pada kotiledon, daun dan tunas yang menstimulasi perakaran pada stek. Menurut Hartmann et al (1997), zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah Auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-aceticacid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran stek. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumberseharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber diantaranya adalah:
1.     Status air
Setek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan setek dalam kondisi turgid.
2.     Temperatur
Tanaman setek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3.     Cahaya
Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
4.      Kandungan karbohidrat
Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan setek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat.
Pada setek tanaman adenium (setek batang), yang dilakukan pada 2 batang adenium dengan perlakuan yang berbeda yaitu: perlakuan pertama dengan mengolesi growtone pada daerah luka, perlakuan kedua sebagai kontrol atau tidak diberi perlakuan. Setelah 2 minggu didapatkan hasil yaitu:
·         Pada setek yang diolesi growtone menghasilkan 1 tunas, tinggi tunas 1 cm, jumlah daun 6 helai.
·         Pada kontrol menghasilkan 2 tunas, tinggi tunas 2,5 cm-4,5 cm, jumlah daun 5 helai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman yang yang tida diberi perlakuan/control pertumbuhanmya lebih cepat dan menghasilkan daun lebih banyak dibandingan tanaman yang diberi perlakuan dengan growton. Padahal seharusnya tanaman yang diberi perlakuan dengan growtone lebih cepat pertumbuhannya karena growton merupakan zat pengatur tumbuh untuk mempercepat pertumbuhan akar. Untuk membuktikan apakah growtone berpengaruh terhadap pertumbuhan batang kedua tanaman dicabut dan di dapatkan hasil, baik tanaman yang diberi pelakuan dan yang tidak diberi perlakuan kedua tanaman tidak tumbuh akar namun memiliki pucuk daun, hal ini disebabkan oleh keadaan batang yang masih muda karena pada keadaan batang yang masih muda memiliki kandungan karbohidrat yang rendah sedangkan kandungan hormonnya tinggi, kejadian ini akan menyebabkan hasil setekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek yang baik harus tumbuh akar terlebih dulu kemudian baru disususul pemunculan tunas daun. 
            Setek terdiri dari beberapa macam yaitu:
1.      Stek Daun
Setek daun merupakan salah satu teknik setek yang menggunakan bagian daun tanaman atau daun yang bertunas. Tanaman yang bisa diperbanyak melalui setek daun adalah tanaman hias seprti cocor bebek dan tanaman jeruk yang berbuahnya masam banyak menyimpan energi sehingga lebih mudah disetek.
2.      Stek Batang
Setek batang merupakan salah satu perbanyakan vegetatif tanaman dengan menggunakan potongan batang, cabang, atau ranting tanaman induknya. Setek batang disebut juga setek kayu atau setek ranting.  Setek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah. Syarat mutlak tanaman yang akan diperbanyak secar setek batang adalah harus memiliki kambium.   
3.      Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lain-lain.




















DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 1983. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Angkasa. Bandung.
Estiti B. Hidayat. 1990. Morfologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung.
Rahadja, P.C. 2003.Aneka Cara Memperbnyak Tanaman. Agromedia Pustaka, Jakarta.