Senin, 02 Januari 2012

PASCAPANEN BUNGA POTONG ( BUNGA KRISAN )

                                                                                                                                                    I.       PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Indonesia dengan dengan iklim tropis memiliki kekayaan alam yang sangat tidak ternilai harganya dan merupakan tempat yang banyak sesuai untuk ditanami berbagai macam tanaman, salah satunya adalah bunga potong. Setiap jenis tanaman berbunga, baik berbunga besar, kecil, berbentuk anaeh maupun tidak aneh, berwarna cerah maupun sayu, semuanya dapat dipotong oleh siapa saja yang tertarik dengan keindahanya. Ragam jenis bunga dapat memberi kebahagiaan lahir dan batin, penenang pikiran, serta pembuat kesibukan bagi pemiliknya. Masyarakat Indonesia saat ini sudah cukur banyak menggunakan bunga untuk mengungkapkan perasaannya. Bunga juga dipakai untuk menyatakan rasa turut gembira, sedih, dan berduka cita. Bahkan untuk masyarakat kelas menengah keatas, bunga dapat dijadikan simbol status sosial seseorang (Harry,1994).
Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura dalam Widyawan dan Prahastuti (1994) mencatat pendapat para petani bunga di Jakarta yang menyatakan bahwa jenis bunga potong yang mempunyai nilai komersial di Indonesia antara lain: bermacam-macam anggrek, krisan (seruni), mawar, anyelir, anthurium, gladiol, gerbera, amaryllis, sedap malam, aster, dan melati. Peningkatan nilai estetis dan ekonomis sangat diperlukan untuk menjaga keindahan alam dan menjaga kesenangan para penyuka bunga potong, sehingga akan terus dapat ditingkatkan jumlah konsumen bunga.
Bunga krisan (Chrysanthymum morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia, karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3 minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan.
Perlakuan terhadap bunga potong ini antara lain adalah perlakuan pada saat sebelum panen yang antara lain seperti greenhouse, sistem irigasi, pemberian nutrisi yang tepat, pencahayaan dan lain-lain. Perlakuan setelah panen atau pasca panen antara lain adalah pemotongan tangkai bunga, pendinginan atau penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, kegiatan kerja praktek dilaksanakan di PT. Alam Indah Bunga Nusantara yang berlokasi di Jalan Raya Mariwati Km.5 Desa Kawung Luwuk, Sukaresmi, Cipanas Cianjur, Jawa Barat yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam memproduksi bunga potong terbesar di Indonesia. Bunga utama yang diproduksi adalah bunga krisan. Kegiatan kerja praktik dapat memberi manfaat bagi mahasiswa maupun perusahaan itu sendiri. Dengan kegiatan kerja praktik mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara membudidayakan bunga potong serta permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan, dengan teknologi yang digunakan selain mendapatkan pengalaman kerja. Manfaat yang dapat diambil oleh perusahaan adalah dapat mengenalkan perusahaannya kepada kalangan akademisi sehingga diharapkan mendapat berbagai masukan yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Botani Tanaman Krisan


Menurut sumber asli dalam Rukmana dan Mulyana (1997), kedudukan tanaman krisan atau seruni dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi        : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               : Dycotiledonae (biji berkeping dua)
Ordo                : Asterales (compositae)
Famili              : Asteraceae
Genus              : Chrysanthemum
Spesies            : Chrysanthemum morifolium Ramat, dan lain-lain.
Krisan merupakan tanaman bunga berupa perdu dengan sebutan lain seruni, bunga emas (golden flower) atau chysanthemum berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan C. indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C daisy (bulat pompong). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen the east.
Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas krisan yang dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietes krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning, sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang merupakan hasil persilangan di antara warna dasar tadi.
Menurut Haryani (1995) dalam Rukmana dan Mulyana (1997) menjelaskan secara singkat deskripsi beberapa varietas krisan bunga potong antara lain:
1.      Ellen van Langen
      Bentuk (tipe) bunga tunggal, berwarna putih, diameter bunga 65 mm, dan diameter mata bunga 18 mm.
2.      Gold van Langen
      Bentuk bunga tunggal, berwarna kuning emas, diameter bunga 65 mm, dan diameter mata bunga 18 mm.
3.      Paso Doble
      Bentuk bunga anemoe, berwarna putih merah, diameter bunga 56 mm, dan diameter mata bunga 30 mm.


4.      Pink Paso Doble
      Bentuk bunga anemoe, berwarna putih merah, diameter bunga 70 mm, dan diameter mata bunga 15 mm.
5.      Reagen
      Bentuk bunga single, berwarna pink, diameter bunga dan mata bunga 75 mm dan 15 mm.
6.      Salmon Impala
      Bentuk bunga single, berwarna pink, diameter bunga dan mata bunga 70 mm dan 15 mm.
7.      Klondike
      Bentuk bunga single, berwarna merah, diameter bunga dan mata bunga 65 mm dan 17 mm.
8.      Puma
      Bentuk bunga anemoe, berwarna kuning, diameter bunga dan mata bunga 45 mm dan 25 mm.
9.      Yellow Puma
      Bentuk bunga anemoe, berwarna kuning, diameter bunga dan mata bunga 45 mm dan 25 mm.
10.  Peach Fiji
      Bentuk bunga dekorative, berwarna apricot, diameter bunga dan mata bunga 90 mm dan 20 mm.
Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standard. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 — 20 kuntum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang biasa dibudidayakan sebagai bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa dibudidayakan sebagai bunga potong adalah Tunggal, Anemone, Pompon, Dekoratif, Bunga besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999).
Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar, sehingga bunga potong menjadi awet dan tahan lama.
Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Hongkong, serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Wisudiastuti, 1999).
Bunga krisan tunggal berukuran besar, bentuknya cukup besar, dan bersusun dengan bunga pitanya. Sifatnya beragam serta warnanya pun beragam. Tipe bunga krisan yang hingga saat ini yang masih dibudidayakan ada lima tipe, yaitu helaian bunganya melengkung kedalam (incured), helaian bunganya melengkung keluar (recurved), helaian berbentuk pipa atau corong, helaiannya berbulu, dan helaian bunganya bergigi (Rismunandar, 1995).
Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), ciri-ciri morfologi tanaman krisan sebagai berikut:



1.   Batang
Batang tanaman krisan tumbuk tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.
2.   Akar
Perakaran tanaman krisan dapat menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).
3.   Bunga
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 sampai 20 kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Selain itu kalangan floriskulturis juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima macam (golongan), yaitu bentuk tunggal, anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar. Ciri-ciri kelima bentuk bunga krisan tersebut adalah:
a.       Tunggal
      Karakteristik bunga tunggal adalah pada tiap tangkai terdapat 1 kumtum bunga, piringan dasar bunga sempit, dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis.
b.      Anemone
      Bentuk bunga anemone mirip dengan bunga tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
c.       Pompon
      Bentuk bunga bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak.
d.      Dekoratif
      Bunga berbentuk bulat seperti pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang.
e.       Bunga besar
      Karakteristiknya adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk sendok dan lain-lain.
4.   Daun
Daun pada tanaman krisan merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.
5.   Buah dan biji
Buah yang dihasilkan dari proses penyerbukan berisi banyak biji. Biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam.
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia adalah:
1.      Krisan lokal (krisan kuno)
      Berasal dari luar negeri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indonesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-ciri krisan lokal antara lain sifat hidupnya berhari netral dan lama siklus hidup antara 7 bulan sampai 12 bulan dalam 1 kali penanaman.
2.      Krisan introduksi (krisan modern atau krisanida)
      Krisan introduksi hidupnya berhari pendek dan siklus hidupnya pun relatif singkat sebagai tanaman annual (musiman).
3.      Krisan produk Indonesia
      Merupakan krisan hasil buatan Indonesia yang dihasilkan oleh balai-balai penelitian yang ada di Indonesia.
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tanaman obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
1.      Bunga pot
Ditandai dengan bentuk tanaman kecil, tingginya 20 - 40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag, atau wadah lainnya. Contoh krisan pot ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna pink, warna keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari belanda).
2.      Bunga potong
Ditandai dengan vigor bunga berwarna pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah, dan besar), umumnya ditanam di lapangan (kebun) dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contohnya antara lain: inga, improved funshine, brides, green peace, great verhagen, kuma, reagen, cheetah, klondike, dan lain-lain.


  1. Ekologi Tanaman Krisan
Tim direktorat Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006), menguraikan bahwa dalam budidaya tanaman bunga potong perlu diperhatikan beberapa aspek untuk perbaikan pertumbuhanya. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), syarat tumbuh krisan antara lain:
1.      Keadaan Iklim
a.       Cahaya
Cahaya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan, khususnya pada tahap pembungaan. Dari unsur cahaya itu sendiri ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu intensitas, kualitas, dan lama pencahayaannya. Intensitas cahaya dihitung dengan satuan lux. Tanaman krisan memerlukan intensitas cahaya pada siang hari sebesar 32.000 lux untuk pertumbuhan yang optimal (Effendi dan Marwoto, 2003). Intensitas cahaya pada siang hari di dataran tinggi di Indonesia (1000 m di atas permukaan laut) adalah sebesar 50.000 lux. Oleh kerena itu untuk memperoleh intensitas cahaya yang sesuai bagi tanaman krisan diperlukan naungan misalnya dengan paranet. Fungsi paranet selain untuk mengurangi intensitas cahaya juga dapat mengurangi suhu udara lingkungan tanaman. Sedang kualitas cahaya berkaitan dengan spektrum cahaya yang menunjang fotosintesis dan foto periode (Hasim dan Reza, 1995).
Tanaman krisan yang ditanam di Indonesia umumnya berasal dari varietas-varietas krisan komersial asal luar negeri (introduksi) termasuk tanaman hari pendek (short day plant), sehingga untuk merangsang pertumbuhan vegetatif perlu diperlihara dalam kondisi hari panjang. Indonesia terletak didaerah khatulistiwa (equator) mempunyai panjang hari sekitar 12 jam cocok untuk pertumbuhan tanaman krisan, tetapi kurang produktif bagi pembungaan. Untuk mendapatkan bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang lebih lama dari pada panjang hari normal. Karena itu, diperlukan penambahan panjang hari dengan penyinaran buatan (Rukmana dan Mulyana, 1997).
b.      Suhu udara
Suhu udara termasuk salah satu faktor penting dalam proses pembungaan setelah cahaya. Suhu udara siang hari yang ideal untuk pertumbuhan tanaman krisan berkisar antara 200C - 260C dengan batas minimum 170C dan batas maksimum 300C. Suhu udara pada malam hari merupakan faktor penting dalam mempercepat pembentukan tunas bunga. Suhu ideal berkisar antara 160C - 180C. Jika suhu turun dibawah 160C maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih vegetatif, bertambah tinggi, dan lambat berbunga. Namun pada suhu tersebut intensitas warna bunganya meningkat (cerah). Sebaliknya, bila suhu siang terlalu tinggi dapat mengakibatkan melunturnya warna bunga sehingga penampilannya tampak kusam walaupun bunganya masih segar (Hasim dan Reza, 1995).
c.       Kelembaban udara
Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi kelembaban udara yang tinggi. Kelembaban udara yang tinggi perlu diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai (lancar) di sekitar kebun. Bila kelembaban yang tinggi, sementara sirkulasi udara jelek dapat menyebabkan mudah berkembangnya organisme penyebab penyakit, terutama cendawan (jamur). Menurut Hasim dan Reza (1995), tanaman krisan untuk pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara antara 70% - 80%.
d.      Curah hujan
Tanaman krisan tidak tahan terhadap hujan deras atau curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman, karena akan menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak dan kualitas bunganya rendah. Pembudidayaan di daerah yang bercurah hujan tinggi dapat dilakukan di dalam bangunan rumah plastik/serre dan greenhouse.
e.       Ketinggian tempat
Ketinggian tempat atau lokasi penanaman sangat berhubungan dengan perubahan suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban udara. Semakin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut, makin dingin atau makin rendah suhunya. Untuk kenaikan 100 m dari permukaan laut, suhu akan turun sekitar 10C. tanaman krisan dapat tumbuh dan berkembang baik pada ketinggian antara 700 m – 1200 m di atas permukaan laut.
f.       Karbondioksida
Karbondioksida berperan penting dalam proses metabolisme tanaman, khususnya proses fotosintesis. Kadar CO2 yang ideal dan dianjurkan untuk memacu kemampuan fotosintesis tanaman krisan adalah 600 ppm – 900 ppm.
2.      Keadaan tanah (media tanah)
      Tanah yang ideal untuk kebun krisan adalah tanah yang bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainase yang baik, tidak mengandung hama atau penyakit ulat tanah (soil borne), dan ber-pH 5,5-6,7. Kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung berbagai unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman juga merupakan syarat untuk media tanam yang baik. Komposisi media yang ideal ikut menentukan keadaan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
3.      Pemilihan lokasi
      Lokasi pembudidayaan krisan harus dipilih lingkungan yang strategis. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan lokasi pertanaman adalah: iklim lokasi pertanaman yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman krisan, topografi datar, sumber air yang memadai, sarana dan prasarana lengkap.
C. Pasca Panen Bunga Krisan
            Mutu bunga potong bergantung pada penampilan dan daya tahan kesegaranya. Bunga dengan mutu prima tentu mempunyai nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan bunga potong berkualitas rendah. Untuk mempertahankan mutu bunga potong tetap prima perlu dilaksanakan beberapa perlakuan terutama saat bunga siap panen sampai kepada konsumen. Perlakuan ini mencakup pemanenan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pemasaran di toko-toko bunga (Widyawan dan Prahastuti, 1994).
1.   Panen bunga krisan
Tanaman krisan berbunga 3 bulan – 4 bulan setelah pindah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar tanaman krisan tersebut. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah ketika bunga telah ½ mekar atau 3 hari – 4 hari sebelum mekar penuh. Untuk krisan jenis spray dapat dipanen dila 75% - 80% dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh (Rukmana dan Mulyana, 1997).
            Keadaan bunga siap panen adalah bunga telah mencapai ukuran penuh, intensitas warna hampir mencapai puncaknya, mahkota bunga terbuka 450 terhadap garis vertikal dan mata bunganya masih merapat (Hasim dan Resa, 1995). Sarwono (1992) melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air yaitu sekitar pukul 06.00-08.00. Walupun demikian pemanenan dapat juga dilakukan pada pukul 16.00-17.00. Karena pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak dari pada penguapanya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari, dimana pada suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat tekanan turgor optimum. Cara panen bunga krisan yaitu dengan menentukan tanaman siap panen, kemudian dipotong pada tangkai bunga menggunakan gunting steril sepanjang 60 cm – 80 cm dengan menyisakan tunggal batang setinggi 20cm-30cm dari permukaan tanah. Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 cm x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman (BAPPENAS, 2008).
1.   Pasca panen bunga krisan
Kegiatan pascapanen meliputi:
1.      Penyimpanan
Cara menyimpan bunga potong ditentukan oleh jenis bunga. Cara-cara penyimpanan itu antara lain dengan merendam tangkai bunga kedalam air, memberi perlakuan kimiawi, dan dengan cara pendinginan. Teknologi penyimpanan sederhana diuraikan oleh Rukmana (1992) yaitu dengan cara merendam tangkai bunga kedalam air yang bersih dan menyatakan bunga potong perlu direndam dalam air suam-suam kuku dengan suhu 30-35 0C selama 2 menit sebelum dikemas.
Respati dalam IPTEKNET (2006) menganjurkan, memakai perlakuan kimiawi terhadap bunga krisan dengan merendam tangkai bunga kedalam pengawet Chrystal sebanyak 5 gr/l air. Bunga disimpan dalam ruangan yang mempunyai suhu optimum 3-5 0C dan RH 80-90% sebelum dipasarkan.
2.      Sortasi dan penggolongan
1)         Sortasi
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Kemudian daun-daun kering atau terserang hama dibersihkan dan daun-daun tua pada pangkal tangkai dibuang.
2)         Penggolongan
Penggolongan bunga didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria penggolongan bunga krisan potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat, dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu: kelas I untuk konsumen dihotel dan flories besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 5 mm. kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, flories menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
Tabel 1. Syarat mutu bunga krisan potong segar
No
Jenis Uji
Satuan
Kelas Mutu







AA
A
B
C
1
Panjang tangkai minimum






- tipe standar
cm
76
70
61
Asalan

- tipe "spray"






* aster
cm
76
70
61
Asalan

* kancing
cm
76
70
61
Asalan

* santini
cm
60
55
50
Asalan
2
Diameter tangkai bunga






- tipe standar, aster dan
mm
>5
4.1 - 5
3 - 4
Asalan

  kancing






- santini
mm
>4
3.5 - 4
3 - 3.5
Asalan
3
Diameter bunga setengah mekar






- tipe standar
mm
>80
71 - 80
60 - 70
Asalan

- tipe "spray"




Asalan

* aster
mm
>40
>40
>40
Asalan

* kancing
mm
>35
>35
>35
Asalan

* santini
mm
>30
>30
>30
Asalan
4
Jumlah kuntum bunga 1/2 mekar






per tangkai






- tipe "spray"
kuntum
>6
>6
>6
Asalan
5
Kesegaran Bunga

Segar
Segar
Segar
Asalan
6
Benda Asing / Kotoran Maksimal
%
3
5
10
>10
7
Keadaan Tangkai Bunga

kuat,
kuat,
kuat,
Asalan




lurus,
lurus,
lurus,





tidak
tidak
tidak





pecah
pecah
pecah

8
Keseragaman Kultivar

Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
9
Daun pada 2/3 Bagian Tangkai

lengkap
lengkap
lengkap
Asalan

Bunga

dan
dan
dan





seragam
seragam
seragam

10
Penanganan Pasca Panen

mutlak
perlu
perlu
Asalan




perlu



Sumber: Badan Standarisasi Nasional - BSN Standar Nasional Indonesia SNI 01-4478-1998

Dalam menentukan grade, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.      Panjang tangkai
2.      Diameter batang bunga
3.      Diameter bunga saat dipanen
4.      Kemekaran bunga saat dipanen
5.      Jumlah bunga mekar dalam batang
6.      Kesegaran bunga
7.      Keadaan tangkai bunga
8.      Keseragaman kultivar
9.      Keadaan daun 1/3 bagian
10.  Keadaan daun 2/3 bagian
11.  Hama dan penyakit
12.  Kelenturan
13.  Jumlah dalam kemasan
14.  Bentuk rangkaian dalam kemasan
15.  Pembungkus
16.  Pengikat
17.  Perlakuan pasca panen
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1.      Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2.      Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II.  Pada saat panen, bunga langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1.      Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga
2.      Tingkat perubahan warna bunga:
0 = Sesuai deskripsi varietas
1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3.      Kondisi bunga:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
4.      Tingkat perubahan warna daun:
0 = Hijau
1 = Menguning 0 - 25 %
2 = Menguning 25 - 50 %
3 = Menguning 50 - 75 %
4 = Menguning > 75 %
5.      Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %

c.        Pengemasan
Pengemasan bunga krisan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain menggunakan kardus, keranjang plastik atau kantong plastik bisa juga dengan menggunakan ember. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C dan kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
d.       Pengangkutan
Alat angkut yang digunakan bergantung pada jarak kebun dengan packinghouse, fasilitas yang ada, dan kondisi topografi kebun. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa ember plastik digunakan untuk wadah bunga krisan potong dan diangkut dengan tenaga manusia bila bangsal pengemasan berada di lokasi kebun. Setelah dikemas, bunga potong siap untuk dikirim/dipasarkan.


































DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2008.
Krisan. (On line), Dalam http://www.warintek.progession.or.id/, diakses 2 Desember 2008.

BPTP. Bunga Krisan. (On line), Dalam http://www.Balai PengkajianTeknologi Pertanian Jawa Timur - Bunga Krisan.htm. diakses tanggal 2 Desember 2008.

Budiarto, K.,Y. Sulyo, R. Maaswinkel dan S. Wuryaningsih. 2006. Budidaya krisan bunga potong: Prosedur sistem produksi. Jakarta. Puslitbanghorti. 60 hal. ISBN : 979-8842-20-0.

Effendi, K. dan B. Marwoto. 2003. Pola Night Break untuk Efisiensi Energi Listrik pada Usaha Krisan. Dalam: http://pustaka.bogor.jaring/_penegak (On line), diakses 2 Juni 2008.

Harry, N. R. 1994. Usaha Tani Bunga Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Hasim, I. dan M. Reza.1995. Krisan. Penebar Swadaya. Jakarta.
IPTEKNET, 2006. (On line) http://www.ipteknet.progession.or.id/,  diakses 2 Desember 2008.

Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, H.R. dan A. E, Mulyana. 1997. Krisan. Kanisius. Yogyakarta.

Sarwono, B. 1992. Mempertahankan Kesegaran Bunga Potong. Trubus,23 (267) p.34-35.

Soekarwati. 1999. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. UI-PRESS. Jakarta.

Widiastuti, L, Tohari dan S, Endang. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Dominosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot (On line). Dalam: http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_2/no4_krisan. Pdf. Diakses 2 Desember 2008.

Widyawan, R. dan Prahastuti. 1994. Bunga Potong. Tinjaun Literatur. PDII. LIPI. Jakarta.


3 komentar: