Kamis, 01 Desember 2011

DOMINANSI PERTUMBUHAN PUCUK



Terdapat dua fase dalam pertumbuhan tumbuhan secara umum, yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif terjadi pertumbuhan pada proses pembentukan organ yang baru seperti daun, cabang, dan akar. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif terbentuk organ alat perkembang biakan seperti bunga, buah, dan biji.
Pada tumbuhan dikotil, pertumbuhan secara, fase pertumbuhan vegetatif di tandai dengan adanya dominasi pucuk yang akan menghambat pertumbuhan lateral. Dominasi pertumbuhan pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorongpertumbuhan tunas lateral. Pertumbuhan tunas lateral akan terhambat bila bagian pucuk yang di potong diberi auksin. Hal tersebut menunjukan adanya pengaturan mekanisme pengaturan pertumbuhan kearah lateral oleh auksin. Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tumbuhan, yang akan didistribusikan secara polar yang mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Pertunasan merupakan fungsi dari faktir internal (genetik) dan eksternal (lingkungan). Sebagai grower mungkin faktor internal dapat dianggap sebagai uncontrollable. Namun ada beberapa faktor internal yang dapat diakali dengan pemberian hormon. Dimana menurut Teori yang umum berlaku, selama masih dalam pengaruh “apical dominance”,tunas samping tidak akan tumbuh (Thari wie,  2008) seperti yang telah dikemukakan di atas. Secara umum, tanaman akan tumbuh terus ke atas, untuk tanaman adenium dapat mencapai ± 2 meter, bahkan beberapa jenis bisa lebih tinggi lagi.   Pertumbuhan keatas akan terjadi selama pucuk tunas atas masih ada.  Adanya pucuk ini menyebabkan pertumbuhan tunas samping terhambat (disebut sebagai dominansi apical).  Agar tanaman dapat tumbuh lebih rimbun dan membentuk banyak cabang samping, maka tunas atas harus dipotong(Anonim, 2008).
Dominasi pucuk yaitu  penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin (Paras, 2009). Definisi Auxin itu sndiri  adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan suatutanaman. Hasil penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auxin. stimulasi auxin pada pertumbuhan pucuk suatu tanaman(Dony, 2009).
Adenium mempunyai gen pengatur dominansi pucuk (dad = decreased apical dominan). Munculnya  cabang ada dibawah kendali hormon auksin yang terdapat di pucuk (apical dominance). Dimana Pertumbuhan pucuk, pada umumnya memerlukan zat pengatur tumbuh dalam media. Tahapan pertumbuhan dan tipe pertumbuhan, menentukan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan. Auksin yang biasanya dipergunakan dalam kultur pucuk, adalah IAA, NAA  dan  IBA. Menurut  Franklin P. Gardner et all (1991).
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan khususnya merangsang perpanjangan sel, sejumlah substansi alami menunjukkan aktivitas auksin. Akan tetapi yang dominan, dan yang petama keali diidentifikasi ialah IAA. Semakin kecil pengaruh auksin, semakin besar peluang keluar cabang. Inilah dasar ide “potong pucuk” adenium di usia dini (menghilangkan pabrik auksin yang ada di pucuk) sifat bercabang atau tidak bercabang, adalah sifat “kualitatif”, ditentukan oleh gen tunggal, resesif. Sementara jumlah cabang yang muncul, adalah bersifat “kuantitatif”, ditentukan oleh banyak gen (polygenic).  Mengacu pada hukum Fenotipe = Genotipe + Environment (ada yang menambahkan lagi plus fase pertumbuhan tanaman) (Jogjafg, 2008).
Pada batang tanaman umumnya sebagian besar kuncup apical memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap kuncup samping dengan mencegah / menghambat perkembangannya, begitu juga dengan tanaman Adenium. Produksi kuncup tambahan yang tidak berkembang mengandung pertahanan pasif, karena bila kuncup apical rusak atau dimakan hewan atau patah karena badai, kuncup samping akan tumbuh dan menjadi tajuk utama Dengan memotong bagian pemanjangan pada koleptil atau batang dikotil, kemudian menumbuhkannya dengan menambahkan auksin, yaitu berupa groowton. maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan terhambat. Pada tumbuhan yang dipetik ujung atasnya (yang memiliki kuncup tumbuh) terjadi penambahan konsentrasi IAA yang lebih tinggi dari kuncup yang sedang tumbuh (tumbuhan pada ujung atas tetap tumbuh) sehingga kuncup samping terpacu perrtumbuhannya diikuti peningkatan jumlah dan konsentrasi IAA dikuncup tersebut(akmala-akmal, 2009).
   Hasil pengamatan adalah, tumbuh tunas lateral pada minggu ke-4. Hal tersebut karena, Menurut Leopold A.C (1949), auksin memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pucuk, hanya saja cahaya dapat berpengaruh pada pertumbuhan batang atau pucuk. Dalam gelap, terjadi etiolasi hebat( pemanjangan ruas) dan mirip dengan pemanjangan ruas mesokotil. Ruas tanaman yang ternaung seperti pada tegakan yang rapat, lebih terentang/lebih panjang. Pengaruh penaungan itu dianggap disebabkan oleh peningkatan auksin, yang mulai bekerja secara sinergis dengan GA. Secara teoritis, perusakan auksin karena cahaya lebih sedikit pada tegakan yang ternaung karena penyinaran kuat menurunkan auksin (Gardner P.Franklin et all, 1991).
            Selain itu, Peranan suhu juga ikut berperan dalam tumbuhnya tunas lateral. Dimana suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, semakin tinggi suhu dalam batas tertentu maka reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim (Paras, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Akmala-akmal. 2009. Dominansi Pucuk.www.akmala-akmal.blogspot.com. (diakses pada 5 Mei 2009).
Anonym. 2008. Kiat Lebatkan Bunga Adenium.http://www.joomlart.com.(diakses, 15 juni 2009)
Dony. 2009. Zat Pengatur Tumbuh.www.google.com.(diakses pada 14 juni 2009).
Gardner P.Franklin et all. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia       Press.Jakarta.
Jogjafg. 2008. Kultur Pucuk. www.vanillamist.com. (diakses pada 14 juni 2009).
Leopold, AC. 1949.Am.J.Bot.36:437-40.London
Paras. 2009. BABVI: PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN TANAMAN & FAKTOR LINGKUNGAN. www.paras.blogspot.com(diakses pada 15 juni 2009).
Wie,Thari,. 2008. Teknik Perbanyakan Aglaonemaala Bu Tharie Wie. www.wordpress.com(dibuat: January 21, 2008 at 3:12 pm ) .








PEMBIAKAN DENGAN CARA SETEK



Setek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Setek merupakan pemotongan organ dari induk yang kemudian ditanam di medium agar menumbuhkan akar dan tunas batang. Setek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.
Keunggulan setek:
  • Sifat tanaman baru sama dengan sifat induknya.
  • Bagian tanaman induk yang diperlukan sebagai bahan setek relatif sedikit, sehingga tidak merugikan tanaman induk.
  • Menghasilkan tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah memiliki akar, batang dan daun.
  • Setek mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknologi yang rumit.
  • Biaya yang dikeluarkan sedikit dan waktu yang diperlukan relative singkat.
  • Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak dari pada cangkok dan okulasi.
  • Tanaman baru hasil setek memiliki keseragaman umur
Media yang diperlukan dalam perbanyakan setek adalah:
  • Campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah jadi dengan perbandingan ( 1 : 1 ).
  • Campuran tanah, pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan ( 1 : 1 : 1 ).
Cara perlakuan-perlakuan setek yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
  • Setelah bahan setek dipisahkan dari tanaman induk (kecuali setek daun), bagian pangkal segera direndam dengan air atau dicuci dengan air yang mengalir. Tujuannya supaya jaringan pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan setek akan cepat menyerap air dan mineral dari media tanam.
  • Untuk mempercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rooton F. Pangkal setek dalam keadaan basah dimasukkan ke dalam Rooton F.
  • Lembaran daun yang ada dibahan setek dipotong setengahnya. Pemotongan daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan.
Setek dapat disemaikan dalam polibag atau bedengan selama bahan setek disemai, keadaan lingkungan media semai harus terlindung dari sinar matahari dan air hujan langsung dengan cara menyiapkan atap atau naungan. Media semai harus disiram secara rutin supaya tetap lembab. Pada musim kemarau setek disiram dua kali sehari sedangkan pada musim hujan cukup disiram sehari sekali. Air sisa siraman harus dapat mengalir secara lancer dari polibag atau bedengan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan setek yaitu:
·         Kondisi batang yang masih muda, pada kondisi batang yang masih muda memiliki kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi, hal ini yang menyebabkan pucuk tumbuh lebih cepat dibandingkan akar.
·         Kondisi pisau yang kurang steril, agar pisau yang digunakan steril yaitu dengan menggunakan alkohol, dengan menggunakan alkohol akan membersihkan bakteri-bakteri yang terdapat pada pisau dan menghindari menempelnya bakteri pada luka setek yang bisa menyebabkan kegagalandalam setek. 
·         Kekeringan.

Setek atau Cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Tanaman yang disetek, dipotong di salah satu bagiannya. Potongan tanaman bisa langsung ditanam pada medium tanah. Setek bnyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman-tanaman hias dan tanaman buah, seperti: anggur, markisa, sukun, jeruk nipis, apel, panili, sirih. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Boulline dan Went (1933) menemukan substansi yang disebut rhizocaline pada kotiledon, daun dan tunas yang menstimulasi perakaran pada stek. Menurut Hartmann et al (1997), zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah Auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-aceticacid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran stek. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumberseharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber diantaranya adalah:
1.     Status air
Setek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan setek dalam kondisi turgid.
2.     Temperatur
Tanaman setek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3.     Cahaya
Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
4.      Kandungan karbohidrat
Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan setek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat.
Pada setek tanaman adenium (setek batang), yang dilakukan pada 2 batang adenium dengan perlakuan yang berbeda yaitu: perlakuan pertama dengan mengolesi growtone pada daerah luka, perlakuan kedua sebagai kontrol atau tidak diberi perlakuan. Setelah 2 minggu didapatkan hasil yaitu:
·         Pada setek yang diolesi growtone menghasilkan 1 tunas, tinggi tunas 1 cm, jumlah daun 6 helai.
·         Pada kontrol menghasilkan 2 tunas, tinggi tunas 2,5 cm-4,5 cm, jumlah daun 5 helai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman yang yang tida diberi perlakuan/control pertumbuhanmya lebih cepat dan menghasilkan daun lebih banyak dibandingan tanaman yang diberi perlakuan dengan growton. Padahal seharusnya tanaman yang diberi perlakuan dengan growtone lebih cepat pertumbuhannya karena growton merupakan zat pengatur tumbuh untuk mempercepat pertumbuhan akar. Untuk membuktikan apakah growtone berpengaruh terhadap pertumbuhan batang kedua tanaman dicabut dan di dapatkan hasil, baik tanaman yang diberi pelakuan dan yang tidak diberi perlakuan kedua tanaman tidak tumbuh akar namun memiliki pucuk daun, hal ini disebabkan oleh keadaan batang yang masih muda karena pada keadaan batang yang masih muda memiliki kandungan karbohidrat yang rendah sedangkan kandungan hormonnya tinggi, kejadian ini akan menyebabkan hasil setekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek yang baik harus tumbuh akar terlebih dulu kemudian baru disususul pemunculan tunas daun. 
            Setek terdiri dari beberapa macam yaitu:
1.      Stek Daun
Setek daun merupakan salah satu teknik setek yang menggunakan bagian daun tanaman atau daun yang bertunas. Tanaman yang bisa diperbanyak melalui setek daun adalah tanaman hias seprti cocor bebek dan tanaman jeruk yang berbuahnya masam banyak menyimpan energi sehingga lebih mudah disetek.
2.      Stek Batang
Setek batang merupakan salah satu perbanyakan vegetatif tanaman dengan menggunakan potongan batang, cabang, atau ranting tanaman induknya. Setek batang disebut juga setek kayu atau setek ranting.  Setek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah. Syarat mutlak tanaman yang akan diperbanyak secar setek batang adalah harus memiliki kambium.   
3.      Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lain-lain.




















DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 1983. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Angkasa. Bandung.
Estiti B. Hidayat. 1990. Morfologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung.
Rahadja, P.C. 2003.Aneka Cara Memperbnyak Tanaman. Agromedia Pustaka, Jakarta.





TANAMAN OBAT & REMPAH DI INDONESIA


Indonesia merupakan megasenter tanaman obat dan sekitar 130 atau lebih jenis tanaman obat sudah dimanfaatkan dalam industri obat baik tradisional maupun modern. Jenis-jenis tersebut banyak terdapat di hutan yang masih harus dicari untuk memanfaatkannya.
Indonesia kaya akan plasma nutfah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tanaman obat dan rempah, baik sebagai obat tradisional (jamu), obat herbal terstandar maupun fitofarmaka. Dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut perlu dikembangkan jenis-jenis tanaman obat yang dibutuhkan oleh industri baik industri kecil, menengah bahkan industri besar sekalipun. Budidaya tanaman obat dan rempah merupakan salah satu faktor yang menetukan keberhasilannya, mulai dari persiapan tanaman, perbanyakan, penanaman, pemeliharaan hingga panen dan pasca panen. Budidaya tanaman obat dapat dilakukan baik di pot, pekarangan, ataupun di lahan yang laus. Sistem budidaya tanaman obat di pot atau pekarangan dapat dilakukan dengan sistem TOGA (tanaman obat keluarga) sedangkan untuk skala besar dengan budidaya intensif dengan berbagai inovasi teknologi. berikut adalah beberapa macam tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia:
1.      Lidah Buaya
images[6]
Lidah buaya (Aloe barbadensis atau Aloe ferox) termasuk famili Liliaceae mempunyai nama daerah Jadam, Lidah buaya (Jawa), Lidah buaya (Sunda, Indonesia).
Ada beberapa jenis lidah buaya, tetapi yang dikenal secara luas adalah Aloe barbadensis, A. Vulgaris, dan A. Socortrine.
Daun tunggal berwarna hijau, tebal berdaging, berisi lendir, bergetah kuning kehijauan, tepi daun bergerigi, berduri kecil dan kaku. Bunga majemuk, di ujung batang, bentuk terompet, berwarna merah jingga. Buah kotak, berwarna hijau. Biji berwarna hitam.
Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya. Tepi daun pinggirnya terdapat duri-duri kecil kaku, tebal, getas, berlendir, mengandung gel yang banyak dimanfaatkan dan diolah untuk makanan, minuman, dan industri kosmetika.
Daunnya digunakan sebagai obat pencahar, antibengek, luka bakar, obat batuk, antituberkulosis, kencing nanah akut, sifilis dan wasir. Selain itu, daunnya juga digunakan untuk berbagai industri kosmetika, seperti untuk bahan pembuat sampo penyubur rambut, pembersih wajah, dan juga pemulas bibir. Sementara rebusan akarnya digunakan sebagai obat cacing dan bunganya untuk obat muntah darah.
Komponen kimia yang terkandung dalam daun lidah buaya adalah karbohidrat, vitamin A, C, B6, dan mineral Ca serta Fe. Senyawa lainnya adalah asam amino essentia. Senyawa terpenting adalah alonin yang tergolong dalam anthroquinon dan turunannya.
2.      Daun ungu
Nama Botani :
·        Graptophyllum pictum, (Linn.), griff. (Latin)
·        Graptophyllum hortense, Ness. (Latin)
Nama Lokal :
·         Daun Ungu (Indonesia)
·         Demung, Tulak, Wungu (Jawa)
·         Daun Temen-temen, Handeuleum (Sunda)
·         Karotong (Madura)
·         Temen (Bali)
·         Daun putri, Dongora (Ambon)
·         Kobi-kobi (Ternate)
Familia atau suku tumbuhan : Acanthaceae
      Daun Ungu diduga berasal dari Irian. Sekarang tersebar di seluruh Indonesia, baik ditanam atau tumbuh liar. Biasanya dijumpai di dataran rendah sampai 1250 m di atas permukaan laut, di tempat-tempat terbuka, dengan iklim kering atau lembab (Sastrapradja, 1980).
      Daun ungu (Graptophyllum pictum) adalah tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak, ukurannya kecil, dan tingginya hanya dapat mencapai 3 meter. Daun ungu mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap-hadapan. Bunganya indah, bersusun dalam 1 rangkaian tandan yang berwarna merah tua. Batangnya berwarna ungu. Penampang batangnya berbentuk mendekati segitiga tumpul.
      Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, tetapi tumbuhan di Jawa jarang sekali menghasilkan buah. Karena itu biasanya diperbanyak dengan setek batang. Tumbuh cepat dan tidak banyak memerlukan perawatan. Sering ditanam sebagai tanaman hias atau sebagai tanaman pagar. Juga sebagai tanaman obat. Ada beberapa varietas yang sering ditanam, yaitu varietas berdaun hijau, varietas berdaun belang, dan varietas berdaun lembayung atau ungu-merah. Yang terkenal sebagai tumbuhan obat adalah yang berdaun ungu-merah atau lembayung.
      Daun ungu memiliki kandungan kimia antara lain : alkaloid, pektin dan asam formiat. Selain itu, daun dan kulit-kulit batangnya mengandung banyak zat lendir.
      Menurut Thomas (1992), daun ungu ini bermanfaat untuk pengobatan ambeien, memperlancar haid, bisul, reumatik atau encok, dan melancarkan buang air seni. Sedangkan menurut Sastrapradja (1980), tumbukan daun atau kulit batangnya berguna sebagai bobok untuk mengobati borok, bisul atau bengkak. Untuk hal yang sama juga digunakan lembar daunnya yang terlebih dahulu diolesi dengan minyak kelapa, dipanaskan di atas api, kemudian ditempelkan pada bisul atau bengkak. Disamping itu seduhan daun tumbuhan ini bersama dengan daun-urat (Plantago major L.) berguna sebagai obat bawasir.
3.      Jinten
daunjinten
Tanaman jinten (Coleus amboinicus L.) termasuk tanaman familia Labiateae, tumbuh di Tanah Air kita di berbagai daerah.
Daunnya banyak diperlukan untuk bahan bakal obat, berbau aromatik dan rasanyapun enak. Uraian mikroskopiknya adalah sebagai berikut :
a)      Helai-helai daunnya tebal, berbentuk bulat telur melebar yang selanjutnya sering pula berbentuk bulat telur memanjang, sedangkan ujungnya tumpul.
b)      Pangkal daun dekuren, tangkai aun panjang dan pipih, tepinya bergerigi tidak beraturan.
c)      Warna daun kelabu kecoklatan dengan permukaannya berambut penutup dan berambut kelenjar.
Daun-daun tanaman ini ternyata kandungan zatnya banyak yaitu minyak atsiri sekitar 0,2 %, karvakrol, isopropil-O-kresol, dan kalium sampai 6,4 %.
Khasiatnya bagi pengobatan yaitu untuk menyembuhkan sakit batuk, mules dan sariawan. Dosisnya yang perlu diperhatikan sekitar 3 gram sampai 6 gram (Kartasapoetra, 1988).
4.      Kumiskucing
Tanaman kumiskucing atau Orthosipon stamineus Benth. adalah termasuk familia Libiateae, tempat pertumbuhannya di beberapa daerah di Tanah Air kita, suka sekali akan keadaan yang agak basah.
Daun-daunnya berkhasiat obat, pengumpula daun biasanya dilakukan ketika tanaman ini berbunga, daun-daun ini berbau aromatik, lemah, rasanya kalau diperhatikan benar agak asin, agak pahit dan sepet. Uraian mikroskopik :
a)      Daunnya berwarna hijaun, merupakan daun tunggal, bertangkai, berbentuk bulat telur, ada pula yang belah ketupat memanjang seperti lidah tombak.
b)      Keadaan daun agak rapuh, panjang 4 cm – 12 cm, lebar 5 cm – 8 cm.
c)      Tepi-tepinya bergerigi kasar tidak beraturan, ujung daun dan pangkalnya meruncing.
d)     Tepi daun dan tulang daun berbulu, warna tulang daun ini hijau, tatapi ada pula yang keunguan.
Kandungan zat-zat yang terdapat pada daun yaitu minyak atsiri dan kalium (0,6 % - 3,5 %), banyak diperlukan sebagai bahan bakal obat diuretika, dengan dosis yang umum sekitar 1 gram sampai 2 gram (Kartasapoetra, 1988).
Nama daerahnya adalah Remujang (Jawa), kumiskucing (Indonesia, Sumatera), songot koceng (Madura).
Tanaman kumiskucing dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai 1.500 m dpl. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah gembur dan subur dengan kandungan humus yang cukup, dengan iklim tropis dan curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun. Pertumbuhan tanaman kumiskucing akan lebih baik di tempat yang terbuka dan disinari matahari penuh dibandingkan di tempat yang ternaungi. Sebagai tempat penanaman bibit dapat digunakan lubang tanam atau alur-alur yang dibuat sepanjang bedengan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan jarak tanam 1 m x 1 m.
5.      Sirih
images[57]
Tanaman sirih atau Chavica betle (L.) atau pula Piper betle L. termasuk familia Piperaceae. Daun sirih memang telah secara tradisional digunakan oleh orang-orang tua kita, ini berarti telah sejak dahulu diketahui khasiatnya sebagai bahan obat.
Daun sirih mempunyai bau khas aromatik, rasanya agak pedas, adapun uraian mikroskopiknya sebagai berikut :
a)      Helai-helai daun berbentuk bulat telur, ada pula yang bulat telur memanjang.
b)      Ujung daun meruncing, sedang pangkal daun berbentuk jantung yang kadang-kadang tidak setangkup.
c)      Ukuran daun, panjang sekitar 5 cm sampai 18 cm, lebar sekitar 2 cm sampai 20 cm
d)     Warna daun hijau tua, hijau muda agak kekuning-kuningan.
Tempat tumbuh tanaman ini di berbagai daerah di Tanah Air kita, merambat dan banyak pula dipelihara sebagai tanaman pekarangan.
Sebagai daun tanaman yang berkhasiat obat batuk, anti septika dan obat kumur, kandungan zat-zatnya yaitu :
a)      Minyak atsiri sampai 4,2 % yang mengandung pula fenol yang khas yang disebut betelfenol atau aseptosol (isomir dengan egenol).
b)      Khavikol dan suatu seskuiterpen.
c)      Diastase 0,8 % sampai 1,8 %.
d)     Zat penyamak, gula dan pati.
Sebagai bahan-bahan obat di atas, pemakaian hendaknya dengan dosis 6 % sampai 15 % sebagai infusa (Kartasapoetra, 1988).
6.      Gingseng
ginseng         ginseng%2520plant
Gingseng merupakan tumbuhan semak dan merupakan obat tradisional yang sangat popular. Bagian yang digunakan sebagai obatnya adalah akarnya. Di daratan cina dikenal sebagai ren shen.
Akar gingseng mengandung lebih dari dua ratus senyawa kimia. Beberapa diantaranya glikosida saponin, asam amino, panoxoside, ginsenosid. Penelitian menunjukkan gingseng dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki fungsi hati. Gingseng ini memiliki rasa yang manis, sedikit pahit, dan bersifat hangat. Ginseng dapat dimanfaatkan dalam keadaan segar maupun dalam bentuk awetan basah. Berkhasiat sebagai stimulan menguatkan energi vital, energi limpa, energi paru, meningkatkan fungsi dan aliran darah ke otak, aprodisiak, sedatif, dan meningkatkan imunitas.Manfaatn_ya antara lain untuk meningkatkan stamina dan gairah seksual pria, menangkal stress, gangguan prostat, diabetes, lelah, kurang nafsu makan, kanker saluran cerna, organ kemaluan wanita, paru dan leukimia.
7.      Kunyit (Kunir)
Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman kunyit termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut (Rukmana, 1994) :
Kingdom   : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi         : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub divisi  : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas         : Monocotyledonae (Biji berkeping satu)
Ordo          : Zingiberales
Famili        : Zingiberaceae
Genus        : Curcuma
Spesies      : Curcuma domestica VALET.
Tanaman Kunyit atau Curcuma domestica Val. tempat tumbuhnya yang utama di Tanah Air kita yaitu di Pulau Jawa. Yang terpenting sebagai bahan obat yaitu bagian akar tinggalnya, yang mempunyai bau khas dan rasanya agak pahit, uraian mikroskopiknya sebagai berikut :
a)      Berbentuk bulat atau jorong, bergaris tengah ± 5 cm, panjangnya sekitar 2 cm sampai 6 cm, lebar sekitar 1 cm sampai 3 cm.
b)      Bagian tepinya berkeriput, bagian luar berwarna cokelat muda sedang bagian dalam berwarna cokelat muda kemerah-merahan.
Kandungan zat pada kunyit (Kartasapoetra, 1988) :
a)      Zat kuning kurkumin.
b)      Minyak atsiri.
c)      Hidrat arang, damar, gom, dan pati.
Kunyit termasuk tanaman yang mempunyai banyak guna, tertutama bagian rimpangnya banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, bahan pewarna tekstil dan masakan serta kerajinan tangan, penyedap masakan, bumbu, rempah-rempah, dan bahan kosmetik.
Manfaat rimpang kunyit sebagai obat dapat digunakan untuk obat sakit gatal, kesemutan,gusi bengkak, luka, sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus, kudis, encok, sakit kuning, memperbaiki pencernaan dan merangsang gerakan usus serta menghilangkan perut kembung (karminativa), anti diare, obat peluruh empedu (kolagoga), koreng (skabida), racun serangga (desinfectan), penenang (sedativa), dan penawar racun (antidota). Dalam buku Tanaman Obat Penyembuh Ajaib karangan seorang pakar kesehatan Filipina bernama Herminia de Guzman Ladion, kunyit dapat digunakan sebagai obat rematik (persendian nyeri), menghilangkan ketombe dan nyeri perut oleh angin (Rukmana, 1994).
Kunyit dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian 240 m dpl hingga 2.000 m dpl. Daerah dengan curah hujan 2.000-4.000 mm/tahun merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit dapat pula tumbuh di daerah dengan curah hujan cukup dan tertata dengan baik.
Jenis tanah yang diinginkan tanaman kunyit adalah tanah ringan dengan bahan organik yang tinggi, seperti tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air. Tanaman ini dapat hidup di daerah dengan intensitas cahaya matahari penuh atau di daerah yang ternaungi. Kunyit dapat pula ditanam tumpangsari dengan padi gogo, jagung, singkong, kacang merah, atau palawija lainnya.
8.      http://tbn0.google.com/images?q=tbn:D1BPECm2sEvYvM:http://www.info-herbal.com/in-to/TanamanObatlandscape/brotowali.jpgBratawali







Tanaman Bratawali atau Tonospora rumpii Boerl merupakan jenis tanaman anggota familia Menispermaceae, tempat tumbuhnya yang utama di Jawa, Bali, dan Ambon.
Yang penting dari bagian tanaman ini yang berkhasiat obat adalah kulit batang dan kulit cabang-cabangnya. Batang bratawali biasa digunakan dalam pengobatan penyakit perut, demam, sakit kuning, sebagai obat oles atau plester untuk menghilangkan rasa sakit di pinggang, obat kudis, malaria, dan rematik. Batang bratawali mengandung zat pahit, yaitu pikroretin, dan senyawa lainnya berberin, tinokrisposid, tanin, kolumbin, palmatin, kaempferol, dan pati.
Bahan-bahan ini mempunyai bau yang lemah, dan rasanya sangat pahit. Uraian makroskopiknya sebagai berikut : keping-keping bahan ini tipis panjang, banyak tonjolan yang beralur memanjang, warnanya cokelat gelap atau kehitam-hitaman.
Kandungan zat pada bahan-bahan ini :
a)      Zat damar yang lunak berwarna hijau agak kuning.
b)      Alkaloida.
Dengan dosis 4 gram sampai 10 gram sangat baik digunakan sebagai tonikum, obat demam (Kartasapoetra, 1988).
Nama daerah dari bratawali adalah patarwali, akar sertin, penamar gantung (Kalimantan Tengah), antawali (Sunda), brotowali (Jawa).
Tanaman bratawali tumbuh hampir di setiap halaman rumah di perkampungan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tanaman ini dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m dpl. Sebulan sebelum tanam dan selama menunggu proses pembibitan, dibuat lubang-lubang tanam atau alur-alur tanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 30 cm. Ke dalam masing-masing lubang tanam dicampurkan pupuk kandang sebanyak 0,5 – 1 kg yang dicampur dengan tanah atau dibenamkan pada alur-alur tanaman.
9.      Binahong
Binahong adalah tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi. Tumbuhan ini telah dikenal memiliki kasiat penyembuhan yang luar biasa dan telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan dll. Di kawasan Asia Tenggara, tumbuhan ini merupakan konsumsi wajib penduduk Vietnam ketika melawan invansi Amerika, namun sayangnya tanaman ini masih asing untuk daerah Indonesia. Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkasiat, mulai dari akar, batang dan daunnya. Pemanfaatanya bisa direbus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Dan kini, walhamdulillah, Binahong telah dikemas dalam bentuk kapsul tanpa campuran bahan-bahan lainnya, alami tanpa efek samping aman dikonsumsi semua usia serta insya Allah terjamin kehalalannya.
Kasiat utama binahong adalah:
1.      Mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, melahirkan, khitan, segala luka-luka dalam, radang usus.
2.      Melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah.
3.      Mencegah stroke, maag, asam urat.
4.      Menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh.
5.      Wazir (ambeien)
6.      Melancarkan buang air kecil, buang air besar.
7.      Diabetes dll.
Kasiat Tambahan
1.      Sariawan berat.
2.      Pusing-pusing.
3.      Sakit perut.