Kamis, 01 Desember 2011

Daya Kecambah dan Indeks Vigor


Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji, dalam kehidupan seari-hari sering dibayangkan bahwa perkecambahan biji adalah suatu peristiwa atau proses pada biji yang terjadi sesudah panen atau biji berkecambah setelah biji tersebut masak. Akan tetapi biji bisa berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum.
Daya kecambah ( viability ) akan menimgkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai “maximum germination”, tetapi sesudah itu akan menurun dengan kecapatan yang sesuai dengan keadaan lapangan. Makin jelek keadaan lapangan maka makin cepat turunnya viability.
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan hidupnya(Anonim,2009).
Pengertian benih dalam ilmu tumbuhan(botany) ialah biji yang berasal dari ovule. Dan ada yang mendefinisikan benih yaitu dengan dimana terdapoat fase generatif dari siklus kehidupan tumbuhan yang dipakai untuk memperbanyak dirinya secara generatif (Jurnalis Kamil, 1982).

Proses perkecambahan benih merupakan kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Dan yang menjadi factor-faktornya ialah : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansai,dan penghambat perkecambahan. Benih dapat berkecambah apabila dalam keadaan sehat atau terbebas dari pathogen yang berupa bakteri , virus, kotoran dll atau dengan kata lain benih tersebut dalam kondisi optimum.  Informasi tetang daya kecambah benih itu sendiri yang ditentukan di Laboratorium adalah kondisi yang optimum karena keadaan yang suboptimum dapat mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal, semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga apabila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta dapat berproduksi tinggi dengan kualitas baik, diaman vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tetang viabilitas. Masing-masing berisi tentang kekuatan tumbuh dan daya simpan. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum / sesudah benih melapaui suatu periode simpan yang lama( Lita Sutopo,1988 ).

Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. (Kartasapoetra,1986).

Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakan kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia
( Lita Sutopo,1988 ).
Hasil pengamatan

waktu pengamatan hari ke-
benih yang tumbuh
kacang panjang
kangkung
1
 -
2
 -
3
 -
4
0
38
5
0
0
6
5
0
7
2
4
Total
7
42

Keterangan      :
Benih awal sebanyak 50
Daya kecambah;          kacang panjang = 7x 100 % = 14%
                                                                50

                                    Kangkung         = 42 x 100% = 84%
                                                                 50

Vigor indeks   = G1 + G2 + …+ Gn
                           D1     D2            Dn

V. I kacang panjang    = 0  + 0 + 0 + 0 + 0 + 5 + 2
                                       1     2    3     4    5     6    7

                                    = 1,11

Koefisien Vigor          =


K.V kacang panjang   =




Jumlah koefisien vigor untuk 50 benih = 15.91 x 100% =31.82%
                                                                    50



V. I  kangkung                        = 0  + 0 + 0 + 38 + 0 + 0 + 4
                                       1     2    3     4    5     6    7

                                    = 10.07

K.V kangkung                        =

Jumlah koefisien vigor untuk 50 benih = 23.33 x 100% = 46.66%
                                                                    50



Hasil pengamatan, kelompok 3 rombongan I (benih kacang merah dan kangkung darat).
waktu pengamatan hari ke-
benih yang tumbuh
kacang merah
kangkung
1
-
-
2
1
33
3
27
6
4
17
4
5
2
1
6
-
5
Total
47
49

Keterangan      :
Kacang merah
-          = tidak tumbuh
Busuk = 3

kangkung
-          = tidak tumbuh
Busuk  = 1



Daya kecambah;          kacang merah = 47x 100 % = 94%
                                                              50

                                    Kangkung         = 49 x 100% = 98%
                                                                 50




Vigor indeks   = G1 + G2 + …+ Gn
                           D1     D2            Dn

V. I kacang merah       = 1  + 27 + 17 + 2 
                                       2      3       4     5  

                                    = 14.15

Koefisien Vigor          =


K.V kacang merah      =




Jumlah koefisien vigor untuk 50 benih = 14.59 x 100% = 29.18%
                                                                    50



V. I  kangkung                        = 33  + 6 + 4 + 1 + 5
                                        2       3    4    5    5

                                    = 20.7

K.V kangkung                        =

Jumlah koefisien vigor untuk 50 benih = 18.85 x 100% = 87.7%
                                                                    50





Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa Daya kecambah kacang panjang ialah 14% dan Kangkung ialah  84%. Jumlah koefisien vigor untuk kacang panjang = 31.82% dan Jumlah koefisien vigor untuk kangkung = 46.66%. seta data yang diperoleh dari kelompok lain pada kacang merah dan kangkung ialah untuk kacang merah ialah 94% dan untuk Kangkung ialah 98%. Dan untuk Jumlah koefisien vigor untuk kacang merah = 29.18% dan kangkung == 87.7%. hal tersebut membuktikan bahwa benih memiliki vigor benih. menurut Lita Sutopo(1988), vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tetang viabilitas. Masing-masing berisi tentang kekuatan tumbuh/ daya perkecambahan dan daya simpan. Menurut Kuswanto (1997), Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. Rendahnya vigor benih dapat disebabkan oleh:
-          Genetic
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
-          Fisiologis
Kondisi fisiologis dari benih dapat menyebabkan kekurangmasakan benih pada saat panen dan kemunduran benih selam penyimpanan.
-          Morfologis
Dalam suatu kultivar biasanya terjadi peristiwa benih-benih yang lebih kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar

-          Sitologis
Kemunduran benih disebabkan  oleh aberasi chromosome.
-          Mekanis
Kerusakan mekanis dapat terjadi ketika prosesing/penyimpanan dimana akan membuat rendah vigor pada benih
-          Mikroba
Mikroorganisme seperti cendawan/bakteri yang terbawa oleh benih pada kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat atatupun pada kondisi lapangan yang memungkinkan berkembangnya pathogen/cendawan tersebut,yang berakibat pada penurunan vigor benih( Heydecker,1972).


Kurva vigor dan size dari pada biji hampir bersamaan (parallel) , begitu pula terhadap kurva berat kering. “Maximum vigor”, “maximum size”, dan “maximum dry wiight” tercapai pada waktu yang sama yaitu pada saat tercapainya masak fisiologis. Dibandingkan dengan berat kering, viability dan vigor turun lebih cepat setelah masak fisiologis disebut “post manuturity period” sampai pada saat panen. Pengaruh lingkungan pada periode ini lebih nyata terhadap kualitasbiji dari pada kuantitas biji. Pada umumnya pengaruh lingkungan tersebut dapat dibedakan atas:
  • Pengaruh lingkungan lebih besar terhadap produksi.
  • Pengaruh lingkungan lebih kecil terhadap viability, vigor dan size dari pada biji.
  • Pengaruh lingkungan lebih kecil terhadap kualitas biji (Jurnalis Kamil, 1979).

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2009.Struktur Biji.www.My Gardening Page.com.( diakses: 14 Juni 2009 ).

Heydecker,W.1972.Vigour In Viability of  Seeds.Chpman and Hall,Ltd.210-246.

Kamil ,Jurnalis.1982.Teknologi Benih 1. Angkasa.Bandung.

Kartasapoetra, A. G.  1986.  Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum.  CV Bina Aksara, Jakarta.

Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI, Yogyakarta.

 Sutopo, Lita.1988.Teknologi Benih.CV Rajawali.Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar