Selasa, 27 Desember 2011

MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI MUTU HIDUP (Oleh: Drs. Mardiya)

MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI
UPAYA MEMPERBAIKI MUTU HIDUP
Oleh: Drs. Mardiya
Manusia modern dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat melepaskan diri dari penerapan
teknologi, karena manusia modern tidak sekedar menjalani hidup akan tetapi telah menempatkan
kenikmatan hidup sebagai salah satu sikap dan perilakunya dalam mencapai kebahagiaan.
Sebagai konsekuensi dari perilaku manusia modern ini, maka kebutuhan untuk kehidupan yang
diambil dari lingkungannya tidak lagi sebatas subsistensi (jumlah yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi-fungsi hidup) akan tetapi telah meningkat pada jumlah kebutuhan yang
berlebih. Jumlah sumberdaya alam yang dibutuhkan semakin diperbesar lagi oleh pertumbuhan
populasi manusia dan penemuan-penemuan baru berkat perkembangan sains dan teknologi.
Akibatnya, sumberdaya alam dikuras serta dari kegiatan produksi dan konsumsi benda-benda
keperluan hidup sehari-hari akan dihasilkan hasil samping berupa limbah yang dapat mencemari
lingkungan. Limbah tersebut dibuang ke media lingkungan, yaitu air, udara dan tanah. Sebagai
akibat lebih lanjut dari pencemaran, terjadi kerusakan dan mungkin kepunahan komponen biotik
dalam ekosistem. Komponen biotik ini meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan, jasad renik dan
manusia itu sendiri. Kerusakan komponen biotik menyebabkan daur biogeokimiawi, yaitu daurdaur
materi dan aliran energi dalam ekosistem terganggu.
Ketimpangan daur ekosistem akan mengakibatkan sumberdaya alam semakin turun
kualitasnya dan juga kuantitasnya, yang akan dipuncaki dengan kepunahan Sumberdaya alam
tersebut. Jika hal ini terjadi maka daya dukung lingkungan untuk kehidupan mansuia dan
makhluk hidup lainnya akan menjadi turun, sehingga (kelestarian) populasi manusia menjadi
terancam. Dengan demikian untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia dari generasi
ke generasi sampai pada akhir jaman perlu dilakukan pengelolaan lingkungan yang bijaksana.
Menurut Otto Soemarwoto (1989), pengelolaan lingkungan dapat diartikan sebagai usaha
secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar
manusia dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Sedangkan menurut UU No. 4 Tahun 1982,
pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup. Dari
pengertian tersebut ada dua hal yang harus ada dalam pengelolaan lingkungan hidup yang
bijaksana, yaitu upaya pemanfaatan lingkungan untuk mencapai kebutuhan hidup dan usaha
pelestarian lingkungan hidp agar tidak terjadi ketidakseimbangan ekosistem.
Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hanya akan berhasil baik jika bertumpu pada
pengembangan sains dan teknologi, sehingga penerapan teknologi pada masyarakat tidak
semata-mata teknologi eksploitasi, melainkan juga teknologi yang mampu mengarahkan
perencanaan dan pengelolaan lingkungan dan sekaligus memberikan koreksi terhadap
ketimpangan daur ekosistem yang selama ini terjadi.
Pengelolaan lingkungan hidup yang dapat meningkatkan mutu kehidupan manusia tanpa
merusak lingkungan pada masa-masa sekarang dan masa yang akan datang sangat diperlukan.
Oleh sebab itu menurut Emil Salim, pemanfaatan sumberdaya alam harus bijaksana dan
berwawasan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup rakyat sepanjang masa.
Berkaitan dengan masalah tersebut, maka dalam mengolah sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : (1) Terbatasnya jumlah dan
kualitas sumberdaya alam, (2) Lokasi sumberdaya alam serta pengaruhnya terhadap
pertumbuhan masyarakat dan pembangunan daerah, (3) Penggunaan hasil sumberdaya alam agar
tidak boros, (4) Dampak negatif pengolahan yang berupa limbah dipecahkan secara bijaksana,
termasuk pembuangannya. Apakah ke dalam tanah, ke dalam sungai, ke udara, limbah buangan
harus sudah dinetralisir sehingga tidak mencemari lingkungan hidup.
Sedangkan dalam pengolahan Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui perlu
memperhitungkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Cara pengolahan hendaknya dilakukan
secara serentak disertai proses pembaruannya, (2) Hasil penggunaannya sebagian untuk
menjamin pembaruan Sumberdaya alam, (3) Penerapan teknologi yang tepat sehingga teknologi
yang dipakai tidak merusak kemampuan Sumberdaya alam untuk diperbaharui, (4) Dampak
negatif pengolahannya ikut dikelola
Masih berkaitan dengan pengelolaan lingkugan hidup, agar dapat dicapai pengembangan
lingkungan hidup yang ideal yang dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan lingkungan
hidup, yaitu: Pertama, bahwa segala zat, benda, organisme hidup dan lain-lain hal dalam
lingkungan saling berkaitan sesamanya. Oleh karena itu setiap usaha yang menyangkut zat,
benda dan organisme tertentu langsung berinteraksi dengan zat, benda dan organisme hidup
lainnya di bagian lain dalam lingkungan. Hubungan interaksi ini bisa intensif dan segera terasa
dalam waktu pendek, bisa pula bersifat tidak langsung dan baru terasa setelah lewat beberapa
waktu. Contoh pengaruh langsung yang segera terasa, yaitu penebangan hutan di hulu sungai,
menyebabkan terjadinya erosi di bagian hulu dan besarnya pengendapan lumpur pada bagian
hilir. Contoh pengaruh tidak langsung yang dalam jangka lama baru terasa akibat, yaitu
tercemarnya air sungai oleh logam berat. Seperti kitaketahui bahwa dalam air hidup berbagai
jenis ikan yang biasa dimakan oleh penduduk. Penduduk baru menderita penyakit puluhan tahun
kemudian setelah memakan jenis ikan yang hidup pada air yang tercemar.
Kedua, bahwa sesuatu yang dibuang dalam lingkungan alam tidak akan hilang. Limbah
industri yang dibuang bisa dianggap hilang oleh pengusaha industri. Namun limbah itu
sebetulnya hanya pindah tempat, masuk ke lingkungan air, udara dan tanah. Hal ini dapat
mengganggu kesehatan masyarakat di tempat atau lingkungan yang lain. Ekosistem terbentuk
sebagai hasil perkembangan alam dalam ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun. Untuk membuat
lapisan lahan bagian atas setebal 2,5 cm, diperlukan waktu sekitar 300 tahun. Karena ekosistem
membutuhkan waktu yang lama proses pembentukannya, maka kita jaga kelestariannya.
Ketiga, bahwa stabilitas ekosistem berkaitan langsung dengan keanekaragaman isi
lingkungan. Semakin beraneka ragam isi lingkungan dengan bermacam-macam fauna dan flora,
semakin stabil ekosistem itu. Sebaliknya semakin seragam isi lingkungan dengan tumbuhtumbuhan
dan binatang yang sedikit jenisnya, semakin labil dan goyah ekosistem itu.
Keempat, bahwa ekosistem yang beranekaragam dan stabil itu menumbuhkan kualitas
hidup yang lebih tinggi dibadingkan dengan ekosistem yang seragam dan labil.
Kelima, bahwa ekosistem yang kuat mendesak yang lemah. Kuat dalam makna fisik
maupun intelengensi, mampu mendesak yang lemah.
Keenam, tidak ada hal gratis dalam kehidupan lingkungan. Apabila manusia hanya
memetik dari alam tanpa siklus kehidupan. Dan hal itu akan menimbulkan ketidakseimbangan
dan muncul gangguan atau bencana di saat lain. Apa yang diambil dari lingkungan hidup harus
disertai dengan usaha memberikannya kembali kepada alam.
Namun harus diingat bahwa untuk mematuhi ketujuh dalil lingkungan itu diperlukan sikap
disiplin dan bertanggung jawab. Tanpa sikap disiplin dan bertanggung jawab, akan sulit dicapai
pengembangan lingkungan hidup yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup yang baik.
Menurut email salim, hal itu bisa dicapai jika pola pembangunan, pola produksi, pola pemasaran
dan pola konsumsi dapat memberi kontribusi (dukungan) demi terpeliharanya dalil-dalil
lingkungan tersebut. Atas dasar itu, maka pengelolaan lingkungan hidup yang berwawasan
lingkungan hanya akan berhasil dengan baik jika didukung oleh semua penduduk. Dengan kata
lain, kearifan terhadap lingkungan hidup harus menjadi milik setiap insan atau membudaya di
dalam seluruh masyarakat.
Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa lingkungan hidup di Indonesia banyak
memiliki permasalahan. Banyak kondisi lingkungan hidup di Indonesia yang telah rusak, dalam
arti banyak lingkungan hidup yang tidak seimbang keadaannya, sehingga kurang ada manfaatnya
lagi bagi kehidupan manusia.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa permasalahan lingkungan hidup disebabkan
oleh berbagai faktor terutama oleh penduduk dengan segala dinamika dan aktivitasnya dan
pengelolaan Sumberdaya yang kurang bijaksana. Sadar akan hal itu pemerintah Indonesia
mengambil langkah-langkah pasti dalam usaha pengelolaan lingkungan hidup untuk
kesejahteraan manusia dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Langkah-langkah pasti
dalam usaha pengelolaan lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia dengan tetap
memperhatikan kelestariannya. Lanhkah nyata pemerintah Indonesia dalam pengelolaan
lingkungan hidup agar dapat dicapai engembangan lingkungan yang ideal adalah ditetapkannya
Undang Undang No. 4 Tahun 1982 pada tanggal 11 Maret 1982 tentang ketentuan-ketentuan
pokok pengelolaan lingkungan hidup. serta pengaturan biaya pembangunan lingkungan hidup.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkunngan hidup tersebut terdiri dari 9 bab, 24 pasal dan pejelasannya. Di dalam undangundang
tersebut sudah tercantum berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan,
mulai dari asa dan tujuan, hak kewajiban dan wewenang, perlindungan lingkungan hidup,
kelembagaan, ganti kerugian dan biaya pemulihan sampai sampai ketentuan pidana bagi
pelanggar. Dengan adanya undang-undang tersebut banyak langkah dan kegiatan yang telah
diambil pemerintah dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang mendukung pelestarian
lingkungan hidup. Di samping itu pemerintah juga mencanangkan “Pembangunan Berwawasan
Lingkungan” yang sekarang semakin membudaya di kalangan masyarakat.
Drs. Mardiya, Peminat masalah lingkungan
hidup dan Pegiat Bina Lingkungan Keluarga
(BLK) Kabupaten Kulonprogo

bunga toga


Hari wisuda sangatlah hari yang dinantikan oleh semua mahasiswa, tak jarang deretan bunga indah nan menawan pun selalu menampakkan pesona nya untuk memberi ucapan selamat dan melambangkan kebanggaan di pangkuan para wisudawan atau wisudawati dengan berbagai predikat gelar. Persiapan untuk menyambut hari yang dianggap sakral itupun seringkali membuat para calon wisudawan / wisudawati terpontang-panting mempersiapan segala perlengkapan dari baju, sepatu, penginapan untuk orang tua dan sebagai nya tapi tak jarang pula yang hanya mempersiapkan seadanya, dan salah satunya adalah diriku sendiri. Hari kebanggaan dimana itu sangat menjadi momok yang berat bagiku, memang tak ku sangkal bahwa aku pun sangat merasa senang ketika masa penantian ku setelah 4 tahun ini telah terlewati dan terselesaikan dengan hasil yang cukup membuat ku tenang akan tetapi seseorang menyadarkanku bahwa kebahagiaan itu takkan lama. Dan aku sangat bersyukur untuk peringatan itu, setidaknya otak ku sudah mulai berfikir keras sejak 1 bulan sebelum acara wisuda berlangsung dan pengesahan gelar ku di kumandangkan. Hal itu membuat hari wisuda ku tgl 13 desember adalah hari yang menyenangkan sekaligus hari yang sangat menakutkan bagku, betapa tidak, hari itu semua orang menyanjungku, meberiku gelar, memberikan ku do’a, dan bunga-bunga kebanggaan pun tak luput dari prosesi wisudaku, akan tetapi menjelang malam orang tua ku telah mulai mengerutkan dahi dan bertanya “kamu mau kerja dimana setelah ini? Ataukah mau melanjutkan beasiswa? Sudah dapat beasiswa apa untuk melajutkan? Ataukah kamu sudah memiliki calon suami dan akan segera menikah?” , dan saat itu aku telah siap mendengar pujian sekaligus cemoohan. Meskipun sebenarnya aku telah dapat dikatakan “sudah bekerja” dan telah “mendapatkan pekerjaan” atau “bukan seseorang tanpa aktivitas” jika dibandingkan teman2 ku yang sibuk berfikir tentang “main”, “menyiapakan perpisahan”, “traktir wisudaan”, tentuny aku merasa jauh lebih baik. Tapi sayang tak ada satu pun orang yang berfikir itu padaku , keluarga ku bahkan seseorang yang juga sangat berarti bagiku. Semuanya selalu memberiku pertanyaan demi pertanyaan tentang “apa rencana mu ke depan nya?” dan menjelaskan masing-masing apa yang mereka semua harapkan dan inginkan dariku. Aku mengerti bahwa semua itu wujud cinta , hanya seringkali aku menerjemahkan nya kepada kata ”penekanan” karena saat itu aku hanya ingin berfikir dan betul2 merencanakan apa pilihan ku dan ku ingin merka mendukung ku. Aku bukan robot yang dapat berfikir cepat, bagaimana pun aku butuh waktu. Seringkali aku muak dengan semua itu, tapi biarlah ku buat hal itu jadi pil pahit bagiku yang harus kutelan, karena ku yakin ini adalah wujud kasih sayang mereka. Bunga itu saat ini telah mulai menguning dan rapuh, Warna semarak yang awalnya begitu menjadi pujaan kini telah menjadi coklat dan layu. Sama dengan diriku, gelar sarjana yang menyandang gelar “pengangguran”, sebenarnya bukan karena memang tak ada lapangan pekerjaan bagiku, sebenarnya jika aku mau, dengan mudahnya aku bisa menjadi seseorang yang setara dengan direktur di yayasan yang ibu ku miliki. Tapi aku sama sekali tak mengingikan itu, dari semua itu aku belajar membuat pilihan dan mengukir pena hidupku, aku ingin mencari recehan di pelataran jalan sana, mengais peluh dan tangisku sendiri. Tanpa harus membebani siapapun, termasuk keluarga ku. Aku ingin mencoba membuktikan bahwa aku bisa mewujudkan itu. Hidup memang sebuah pilihan, mungkin aku adalah salah satu deretan sarjana yang menjadi bahan tawa dan diskusi bagi teman2 ku yang masih mempertahankan idealisme tentang “ sarjana terkatung-katung mencari loker di kota besar “. Meskipun aku menertawakan dirku sendiri, tapi aku tak peduli. Hidup ku adalah jalanku yang menjadi pilihan ku, dimana pada setiap langkahku ku ingin membuat cinta bagi orang-orang yang aku sayangi yaitu keluarga ku. Mungkin memang bukan berarti aku harus membelinya dengan materi tapi aku hanya ingin membuat mereka percaya bahwa aku telah dapat menjadi seseorang yang berarti. salah satu lembaga nirlaba amil zakat yang ku geluti, membuatku belajar bahwa tak selamanya aku harus menjadi jembatan. Aku pun ingin menjadi sang hulu bagi hilir yang dapat berbagi kesejukan dan kesejahteraan surgawi. Itulah pilihanku dan aku harap mereka senantiasa merestui langkah ku, karena bagaimanapun mereka adalah orang-orang yang sangat berarti untukku, semangat dan tangis ku ada pada tawa dan tangis mereka,,,, bapak, ibu, teteh, aa, org tua tiri ku, dan yuka.