Sabtu, 19 November 2011

DOMINANSI PERTUMBUHAN PUCUK




Terdapat dua fase dalam pertumbuhan tumbuhan secara umum, yaitu fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif terjadi pertumbuhan pada proses pembentukan organ yang baru seperti daun, cabang, dan akar. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif terbentuk organ alat perkembang biakan seperti bunga, buah, dan biji.
Pada tumbuhan dikotil, pertumbuhan secara, fase pertumbuhan vegetatif di tandai dengan adanya dominasi pucuk yang akan menghambat pertumbuhan lateral. Dominasi pertumbuhan pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorongpertumbuhan tunas lateral. Pertumbuhan tunas lateral akan terhambat bila bagian pucuk yang di potong diberi auksin. Hal tersebut menunjukan adanya pengaturan mekanisme pengaturan pertumbuhan kearah lateral oleh auksin. Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tumbuhan, yang akan didistribusikan secara polar yang mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Pertunasan merupakan fungsi dari faktir internal (genetik) dan eksternal (lingkungan). Sebagai grower mungkin faktor internal dapat dianggap sebagai uncontrollable. Namun ada beberapa faktor internal yang dapat diakali dengan pemberian hormon. Dimana menurut Teori yang umum berlaku, selama masih dalam pengaruh “apical dominance”,tunas samping tidak akan tumbuh (Thari wie,  2008) seperti yang telah dikemukakan di atas. Secara umum, tanaman akan tumbuh terus ke atas, untuk tanaman adenium dapat mencapai ± 2 meter, bahkan beberapa jenis bisa lebih tinggi lagi.   Pertumbuhan keatas akan terjadi selama pucuk tunas atas masih ada.  Adanya pucuk ini menyebabkan pertumbuhan tunas samping terhambat (disebut sebagai dominansi apical).  Agar tanaman dapat tumbuh lebih rimbun dan membentuk banyak cabang samping, maka tunas atas harus dipotong(Anonim, 2008).
Dominasi pucuk yaitu  penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin (Paras, 2009). Definisi Auxin itu sndiri  adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan suatutanaman. Hasil penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auxin. stimulasi auxin pada pertumbuhan pucuk suatu tanaman(Dony, 2009).
Adenium mempunyai gen pengatur dominansi pucuk (dad = decreased apical dominan). Munculnya  cabang ada dibawah kendali hormon auksin yang terdapat di pucuk (apical dominance). Dimana Pertumbuhan pucuk, pada umumnya memerlukan zat pengatur tumbuh dalam media. Tahapan pertumbuhan dan tipe pertumbuhan, menentukan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan. Auksin yang biasanya dipergunakan dalam kultur pucuk, adalah IAA, NAA  dan  IBA. Menurut  Franklin P. Gardner et all (1991).
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan khususnya merangsang perpanjangan sel, sejumlah substansi alami menunjukkan aktivitas auksin. Akan tetapi yang dominan, dan yang petama keali diidentifikasi ialah IAA. Semakin kecil pengaruh auksin, semakin besar peluang keluar cabang. Inilah dasar ide “potong pucuk” adenium di usia dini (menghilangkan pabrik auksin yang ada di pucuk) sifat bercabang atau tidak bercabang, adalah sifat “kualitatif”, ditentukan oleh gen tunggal, resesif. Sementara jumlah cabang yang muncul, adalah bersifat “kuantitatif”, ditentukan oleh banyak gen (polygenic).  Mengacu pada hukum Fenotipe = Genotipe + Environment (ada yang menambahkan lagi plus fase pertumbuhan tanaman) (Jogjafg, 2008).
Pada batang tanaman umumnya sebagian besar kuncup apical memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap kuncup samping dengan mencegah / menghambat perkembangannya, begitu juga dengan tanaman Adenium. Produksi kuncup tambahan yang tidak berkembang mengandung pertahanan pasif, karena bila kuncup apical rusak atau dimakan hewan atau patah karena badai, kuncup samping akan tumbuh dan menjadi tajuk utama Dengan memotong bagian pemanjangan pada koleptil atau batang dikotil, kemudian menumbuhkannya dengan menambahkan auksin, yaitu berupa groowton. maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan terhambat. Pada tumbuhan yang dipetik ujung atasnya (yang memiliki kuncup tumbuh) terjadi penambahan konsentrasi IAA yang lebih tinggi dari kuncup yang sedang tumbuh (tumbuhan pada ujung atas tetap tumbuh) sehingga kuncup samping terpacu perrtumbuhannya diikuti peningkatan jumlah dan konsentrasi IAA dikuncup tersebut(akmala-akmal, 2009).
   Hasil pengamatan adalah, tumbuh tunas lateral pada minggu ke-4. Hal tersebut karena, Menurut Leopold A.C (1949), auksin memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pucuk, hanya saja cahaya dapat berpengaruh pada pertumbuhan batang atau pucuk. Dalam gelap, terjadi etiolasi hebat( pemanjangan ruas) dan mirip dengan pemanjangan ruas mesokotil. Ruas tanaman yang ternaung seperti pada tegakan yang rapat, lebih terentang/lebih panjang. Pengaruh penaungan itu dianggap disebabkan oleh peningkatan auksin, yang mulai bekerja secara sinergis dengan GA. Secara teoritis, perusakan auksin karena cahaya lebih sedikit pada tegakan yang ternaung karena penyinaran kuat menurunkan auksin (Gardner P.Franklin et all, 1991).
            Selain itu, Peranan suhu juga ikut berperan dalam tumbuhnya tunas lateral. Dimana suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, semakin tinggi suhu dalam batas tertentu maka reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim (Paras, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Akmala-akmal. 2009. Dominansi Pucuk.www.akmala-akmal.blogspot.com. (diakses pada 5 Mei 2009).
Anonym. 2008. Kiat Lebatkan Bunga Adenium.http://www.joomlart.com.(diakses, 15 juni 2009)
Dony. 2009. Zat Pengatur Tumbuh.www.google.com.(diakses pada 14 juni 2009).
Gardner P.Franklin et all. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia       Press.Jakarta.
Jogjafg. 2008. Kultur Pucuk. www.vanillamist.com. (diakses pada 14 juni 2009).
Leopold, AC. 1949.Am.J.Bot.36:437-40.London
Paras. 2009. BABVI: PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN TANAMAN & FAKTOR LINGKUNGAN. www.paras.blogspot.com(diakses pada 15 juni 2009).
Wie,Thari,. 2008. Teknik Perbanyakan Aglaonemaala Bu Tharie Wie. www.wordpress.com(dibuat: January 21, 2008 at 3:12 pm ) .








Tidak ada komentar:

Posting Komentar