Pertanian adalah salah satu bidang usaha manusia yang telah berkembang jauh sebelum peradaban manusia yang lain berkembang. Tanah merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini berarti segala macam tanaman akan menyerap dan memanfaatkan berbagai unsur hara yang terkandung dalam tanah dan lingkungannya untuk pertumbuhan dan perkembangannya sendiri agar dapat berproduksi maksimal dan produk-produknya dapat dimanfaatkan manusia.
Salah satu usaha pemeliharaan tanah ialah dengan cara pemupukan. Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah, karena berisi salah satu atau lebih unsur hara yang digunakan untuk menggantikan unsur yang telah habis karena terserap tanaman.atau pun hilang karena faktor-faktor tertentu. Tindakan pemupukan diartikan sebagai tindakan menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) dengan tujuan untuk menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan prosuksi dan mutu hasil tanaman.
Tanaman membutuhkan zat makanan (unsur hara) dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Jika salah satu atau beberapa zat makanan (unsur hara) tidak berada dalam jumlah yang cukup, pertumbuhannya menjadi tidak normal dan produktivitasnya tidak optimal. Pupuk merupakan salah satu komponen penting untuk meningkatkan produktivitas. Penggunaan pupuk kimia (anorganik) merupakan salah satu pemicu terjadinya revolusi hijau (bidang pertanian) di dunia. Penggunaan pupuk kimia (urea, ZA, TSP, KCl, dll) di Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian. Namun tanpa disadari, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus terbukti sangat merugikan. Pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu lama dapat merusak sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga kemampuan tanah untuk mendukung ketersediaan air, hara, dan kehidupan mikroorganisme menurun.
Keadaan di atas sebenarnya tidak akan terjadi jika tanah mendapatkan perlakuan baik. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan pupuk yang aman bagi tanaman dan tanah. Sebagai contoh dengan menggunakan jenis pupuk organik. Pemanfaatan pupuk organik mulai dilakukan petani di Indonesia seiring dengan pola hidup manusia yang cenderung ”back to nature”. Pemanfaatan produk organik semakin meningkat. Oleh karena itu pemakaian pupuk organik, termasuk pupuk organik cair, semakin digemari masyarakat.
Penggolongan pupuk tidak hanya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan seperti pupuk organik dan pupuk anorganik, tetapi juga dapat digolongkan berdasarkan cara aplikasi, bentuk, dan kandungan unsur haranya. Berdasarkan cara aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi pupuk daun dan pupuk akar. Berdasarkan bentuknya, ada pupuk cair dan padat. Sedangkan berdasarkan kandungan unsur haranya terdapat pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Pupuk akar merupakan macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar. Tujuannya agar tanah terisi dengan hara yang dibutuhkan tanaman dan dapat tumbuh subur sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal. Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya melalui penyemprotan ke daun (Pinus Lingga, Marsono 2003).
Berdasarkan kandungan unsur haranya, pupuk digolongkan menjadi pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara, demikian disebut pupuk campuran atau majemuk (Gaeswono, Soepardi 1983). Pupuk tunggal adalah pupuk yang tersusun atas senyawa-senyawa anorganik dengan kandungan unsur hara utamanya (hara makro) satu macam, misalnya nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).
Berdasarkan jumlah unsur hara, terdapat 2 macam pupuk. Yaitu:
1. Pupuk tunggal.
Yaitu pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman, misalnya pupuk urea yang hanya mengandung hara N dan TSP hanya mengandung unsur P saja.
2. Pupuk majemuk/pupuk campur.
Yaitu pupuk yang mengandung 2 atau lebih unsur hara tanaman. Misalnya: NPK dll.
Menurut Sutejo (2002), pupuk NPK disebut sebagai pupuk majemuk lengkap atau complete fertilizer. Salah satu pupuk kimia yang beredar lebih banyak di pasar adalah pupuk pabrik. Pupuk kimia buatan tersebut dibuat dari bahan kimia dasar yang dibuat dalam pabrik, sehingga sifat dan karakter pupuk tersebut dapat diketahui dari hasil anlisis yang tercantum dalam setiap kemasannya (Marsono dan Paulus Sigit, 2001).
Pupuk pabrik sukar diperoleh para petani karena harganya yang tinggi. Oleh karena itu untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan, petani dapat mencampur beberapa jenis pupuk. Pencampuran pupuk tersebut harus dilakukan dengan hati-hati karena beberapa pupuk akan menjadi rusak jika dicampur atau tidak dapat disimpan lama setelah pencampuran. Pencampuran pupuk yang baik dilakukan berdasarkan hasil analisis sesuai dengan kebutuhan kandungan unsur hara N, P, dan K yang dibutuhkan tanaman (Sutejo, 2007).
Jumlah kebutuhan pupuk tiap 1 ha lahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah pupuk = Dosis x 100 %
Kadar unsur dalam pupuk
Tujuan pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu, tenaga dan biaya. Dengan sekali pemberian pupuk, kita sudah dapat memasok 2 atau lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pembuatan pupuk campur dengan suatu grade tertentu, biasanya jumlah pupuk yang dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang diinginkan. Untuk itu, perlu bahan tambahan yang disebut pengisi (filler). Bahan yang dapat digunakan sebagai filler harus memenuhi syarat, yakni tidak higroskopis, tidak bereaksi dengan pupuk, dan dapat membantu dalam pemakaian pupuk (Fandie dan Nasih, 2002).
Bahan pengisi atau filler yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu abu. Sebenarnya, selain abu juga dapat menggunakan pasir, serbuk gergaji, sekam padi atau kapur. Tujuannya agar ratio kevtilizer dapat sesuai dengan keinginan serta agar mudah disebar secara merata.
Tidak semua pupuk dapat di campur, karena ada pula beberapa pupuk yang apabila di campur dapat menimbulkan kerugian, diantaranya sebagai berikut :
1. pupuk Campuran memiliki higroskopisitas tinggi yang menyebabkan terjadinya penggumpalan sehingga sukar digunakan atau ditabur.
2. Campuran kehilangan kendungan haranya ( N menguap sebagai NH3 )
3. Terbentuk senyawa baru, sehingga hara menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Pada aplikasi penggunaan perbandingan pupuk campur dapat digunakan untuk brbagai tanaman. Misalnya buncis. Pada tanaman buncis perbandingan yang digunakan adalah 1:2:1, Yaitu pupuk ZA, SP 36 dan KCl. Hal ini merupakan perbandingan yang paling sesuai pada budidaya tanaman buncis dan bertujuan untuk dapat menghasilkan produksi yang optimal. Caranya adalah pengolahan tanah cukup dicangkul atau dibajak, kemudian dibuat bedengan kasar dengan lebar 100cm dan panjang nya disesuaikan dengan lahan. Benih dapat langsung ditanam dengan menggunakan 2-3 benih perlubang tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm. kebutuhan benih perhektar kurang lebih 15 kg, ketika mulai tumbuh dan menjalar bisa diberikanb ajir kayu dari bilah bambu yang ditncapkan disampingnya. Bersamaan dengan pemupukan yang terdiri dari ZA, SP36 dan KCl dengan perbandingan 1:2:1 sebanyak 5 gram, tanah ditugal didekat batang tanaman nya kemudian pupuk di sebar dan ditutup tanah dengan cara menaikkan tanah diantara dua bedengan.sehingga pupouk tertimbun dan bedengan lebih tingi dan sempurna. Pemupukan selanjutnya diberikan setiap 1 / 2 minggu sekali ( Pranowo, 2007 ).
Contoh lainnya untuk aplikasi penggunaan pupuk campuran ialah tanaman petsai ( Brassica chinensis L. ) dan tanaman tabu . untuk Tanaman petsai merupakan tanaman aemusim atau dua musim. Petsai banyak ditanam pada daerah pegunungan, yang dataran nya dapat lebih dari 1000 m dari permukaan laut. Sayuran ini tumbuh dengan baik dan membentuk krop pada suhu 12-22°C dan pada tanah yang subur yakni yang mengandung banyak bahan organik serta dengan pH 6 – 7,5. Langkah awal dari penanaman petsai ialah pilih lahan yang bukan bekas tanaman kubis –kubisan. Sisa tanaman dikumpulkan lalu dikubur dan tanah di cangkul sampai gembur. Kemudian dibuat lubang-lubang tanam dengan jarak tanam 40 cm – 50 cm ( antar barisan ). Bila pH tanah kurang dari 5,5 dilakukan pengapuran menggunakan kaptan dengan dosis 1,5 ton/ha dan diaplikasikan 3-4 minggu sebelum tanam. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk kandang sapi ton /ha, pupuk jerami padi padi 18 ton/ha. Pupuk buatan yang digunaka ZA 250 kg, SP36 250 kg dan KCl 200 kg/ha ( Setiawati et all, 2007 ).
Untuk tanaman tebu kebutuhan harany6a dipenuhi dengan memberikan pupuk anorganik (kimia) yang diberikan ke dalam tanah. Hasil yang optimum didapat dengan menggunakan pupuk mixed 1400 kg/ha ditambah urea 150 kg/ha dan ZA 200 kg/ha ( Arifin dan Prahardini, 2007 ).
Namun secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu :
1. Pupuk anorganik seperti urea (pupuk N, TSP, atau SP-36 (pupuk P), KCl (Pupuk K), serta
2. Pupuk organik seperti pupuk kandang kompos, humus, dan pupuk hijau (Pinus Lingga, Marsono, 2003).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari makhluk hidup yang telah mati, seperti sisa tumbuhan, kotoran hewan, daun yang berjatuhan, limbah rumah tangga, dan sebagainya (Ayub S Parnata, 2004).
Fungsi utama pupuk adalah menyediakan atau menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Ayub S Pranata, 2004) sehingga paling tidak ada 14 unsur hara esensial yang diperoleh tanaman dari tanah (Goeswono Soepardi,1983). Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau lahan yang disemprotkan atau disebar atau ditugal dengan tujuan :
a. Dapat mengatur berbagai sifat tanah.
b. Sebagai penyangga persediaan unsur-unsur hara bagi tanaman.
c. Memperbaiki struktur tanah.
Berdasarkan kandungan unsur haranya, pupuk dibagi menjadi pupuk tunggal (single fertilizer) dan pupuk majemuk (compound fertilizer). Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung satu macam unsur hara, sedangkan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. pupuk dibagi menjadi dua macam, yaitu pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam merupakan pupuk yang tidak dibuat di pabrik serta dicirikan dengan kelarutan unsur haranya yang rendah di dalam tanah. Biasanya penggunaan pupuk ini ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Meskipun unsur hara rendah akan tetapi bila sifat fisik telah diperbaiki maka sifat kimianya dapat berubah. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik yang umumnya memiliki kandungan unsur hara dan kelarutan yang tinggi. Pupuk ini berfungsi untuk memperbaiki sifat kimia tanah, contohnya urea, TSP, DAP, dll. Ir. Mul Mulyani S (1992) menyatakan berdasarkan kelarutannya, pupuk diberi simbol untuk : yang larut dalam air (+), yang larut dalam asam sitrat (=), dan yang larut dalam asam keras (x)
Pada pengujian kelarutan pupuk dengan menggunakan air yang disimbolkan dengan (+). Untuk pupuk ZA (+++++) yang berarti sangat larut, urea (++++) yang berarti larut, KCl (+++) yang berarti agak larut, organik/Buto Ijo (++) yang berarti kurang larut, dan SP20 (+) yang berarti sangat kurang larut/sulit larut.
Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air. Hal ini juga berarti mudah tidaknya unsur yang dikandung dalam pupuk diserap oleh tanaman. Kelarutan juga menunjukkan cepat atau lambatnya pupuk yang hilang karena tercuci. Kelarutan penting, sebab selalu diserap tanaman dalam bentuk ion-ion. Semakin tinggi kelarutan suatu pupuk, maka semakin mudah pula pupuk tersebut diserap oleh tanaman. Pupuk yang mengandung N dan K mudah sekali larut dalam air.
Pengukuran tingkat higroskopisitas terhadap lima macam pupuk (pupuk urea, KCl, SP20, organik buto ijo, dan ijo) dilakukan dengan cara mengambil satu sendok pupuk dan dimasukkan dalam cawan petridis yang telah dialasi dengan kertas HVS. Pupuk tersebut disimpan dalam ruangan dengan suhu kamar. Higroskopisitas pupuk urea adalah (+++++) artinya bersifat sangat higroskopis, KCl (++++) artinya higroskopis, ZA (+++) artinya agak higroskopis, pupuk organik buto ijo (++) artinya kurang higroskopis, dan SP20 (+) yang berarti sangat kurang higroskopis.
Higroskopisitas adalah kemampuan pupuk dalam menyerap air yang ada dalam udara. Pupuk dengan higroskopisitas yang kurang baik perlu penyimpanan yang baik karena mudah menjadi basah atau mencair bila tidak tertutup. Pupuk biasanya akan mulai menyerap air dari lingkungannya pada suhu kamar dan kelembaban nisbi sekitar 50% dan di Indonesia mempunyai kelembaban rata-rata 80% sehingga pada suhu ruang pupuk akan mencair. Untuk mengurangi tingkat higroskopisitas, pupuk dibuat dalam butiran-butiran sehingga luas permukaan pupuk menjadi berkurang. Sebaliknya jika pupuk disimpan pada tempat atau lingkungan kering, maka pupuk akan menjadi bongkah yang keras (Heru Priantoro, 2008).
Pupuk dapat bereaksi fisiologis masam, netral, atau alkalis. Pupuk yang bersifat masam dapat menurunkan pH tanah yang akan menyebabkan tanah menjadi lebih masam. Sedangkan pupuk yang bersifat alkalis dapat menaikkan pH tanah sehingga tanah bersifat lebih basa. Pengukuran pH terhadap lima jenis pupuk tersebut menunjukkan bahwa kelima jenis pupuk tersebut memiliki pH yang mendekati netral. Pupuk urea memiliki pH 5,5; KCl = 6; SP20 = 6; pupuk organik = 5,5 dan ZA = 5.
DAFTAR PUSTAKA
Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius:Yogyakarta.
Bachtiar Rifai dan Soeroto Sosroedirdjo.Ilmu Memupuk.Yasaguna:Jakarta.
Gaeswono, Soepardi. 1983. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana: Bandung.
Lingga, Pinus. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya : Jakarta.
Marsono dan Paulus Sigit.2001.Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya.Swadaya:Jakarta.
Musnamar,Effi Ismawati.2005.Pupuk Organik:Cair dan Padat,Pembuatan dan Aplikasi.Swadaya:Jakarta.
Pinus Lingga dan Marsono.2002.PetunjukPenggunaan Pupuk.Swadaya:Jakarta.
Plant Cane dan Ratoon Cane di Yogyakarta.Balai Pengkajian teknologi Pertanian Jawa Timur.(7):1-7.
Pranata, Ayub. S. 2004. Pupuk Organik Cair : Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Pranata, Ayub .S.2005.Pupuk Organik Cair:Aplikasi dan Manfaatnya.Agromedia Pustaka:Jakarta.
Pranowo, Tri.2007.Saatnya Bertanam Buncis Lebat- online.Http://www.tanindo.com/abadi10/hal 1001.htm.diakses pada 22 April 2009.
Rinsema,W.T.1986.Pupuk dan Cara Memupuk.Bhatara Karya Aksara:Jakarta.
Sarrief, E.Saifuddin.1986.Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.Pusataka Buana:Bandung
Sutejo, Mul Mulyani. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta: Jakarta.
W,Setiawati,dkk.2007.Panen Petsai Jangan Terlalu Tua Jangan Terlalu Muda.Balai Penelitian Sayuran.(2):1-2.
Z,Arifin dan Prahardini.2007.Pengaruh Efektifitas Pupuk Organik Mixed-G pada Tanaman Tebu
AYUK JOIN DAN RASAKAN SENSASI BERMAIN SABUNG AYAM
BalasHapusKUNJUNGI SITUS KAMI DI
http://www.gorengayam.com
HANYA DI SINI ANDA BISA MERASAKAN KEMENANGAN TERUS MENERUS
http://panggangayammarketing.blogspot.com/2018/08/keunggulan-ayam-kinantan-putih-dalam.html/
========================================================
INFO SEPUTAR SABUNG AYAM
SABUNG AYAM
SABUNG AYAM ONLINE
SABUNG AYAM BANGKOK
SABUNG AYAM FILIPINA