Indonesia merupakan megasenter tanaman obat dan sekitar 130 atau lebih jenis tanaman obat sudah dimanfaatkan dalam industri obat baik tradisional maupun modern. Jenis-jenis tersebut banyak terdapat di hutan yang masih harus dicari untuk memanfaatkannya.
Indonesia kaya akan plasma nutfah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tanaman obat dan rempah, baik sebagai obat tradisional (jamu), obat herbal terstandar maupun fitofarmaka. Dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut perlu dikembangkan jenis-jenis tanaman obat yang dibutuhkan oleh industri baik industri kecil, menengah bahkan industri besar sekalipun. Budidaya tanaman obat dan rempah merupakan salah satu faktor yang menetukan keberhasilannya, mulai dari persiapan tanaman, perbanyakan, penanaman, pemeliharaan hingga panen dan pasca panen. Budidaya tanaman obat dapat dilakukan baik di pot, pekarangan, ataupun di lahan yang laus. Sistem budidaya tanaman obat di pot atau pekarangan dapat dilakukan dengan sistem TOGA (tanaman obat keluarga) sedangkan untuk skala besar dengan budidaya intensif dengan berbagai inovasi teknologi. berikut adalah beberapa macam tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia:
1. Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe barbadensis atau Aloe ferox) termasuk famili Liliaceae mempunyai nama daerah Jadam, Lidah buaya (Jawa), Lidah buaya (Sunda, Indonesia).
Ada beberapa jenis lidah buaya, tetapi yang dikenal secara luas adalah Aloe barbadensis, A. Vulgaris, dan A. Socortrine.
Daun tunggal berwarna hijau, tebal berdaging, berisi lendir, bergetah kuning kehijauan, tepi daun bergerigi, berduri kecil dan kaku. Bunga majemuk, di ujung batang, bentuk terompet, berwarna merah jingga. Buah kotak, berwarna hijau. Biji berwarna hitam.
Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya. Tepi daun pinggirnya terdapat duri-duri kecil kaku, tebal, getas, berlendir, mengandung gel yang banyak dimanfaatkan dan diolah untuk makanan, minuman, dan industri kosmetika.
Daunnya digunakan sebagai obat pencahar, antibengek, luka bakar, obat batuk, antituberkulosis, kencing nanah akut, sifilis dan wasir. Selain itu, daunnya juga digunakan untuk berbagai industri kosmetika, seperti untuk bahan pembuat sampo penyubur rambut, pembersih wajah, dan juga pemulas bibir. Sementara rebusan akarnya digunakan sebagai obat cacing dan bunganya untuk obat muntah darah.
Komponen kimia yang terkandung dalam daun lidah buaya adalah karbohidrat, vitamin A, C, B6, dan mineral Ca serta Fe. Senyawa lainnya adalah asam amino essentia. Senyawa terpenting adalah alonin yang tergolong dalam anthroquinon dan turunannya.
2. Daun ungu
Nama Botani :
· Graptophyllum pictum, (Linn.), griff. (Latin)
· Graptophyllum hortense, Ness. (Latin)
Nama Lokal :
· Daun Ungu (Indonesia)
· Demung, Tulak, Wungu (Jawa)
· Daun Temen-temen, Handeuleum (Sunda)
· Karotong (Madura)
· Temen (Bali)
· Daun putri, Dongora (Ambon)
· Kobi-kobi (Ternate)
Familia atau suku tumbuhan : Acanthaceae
Daun Ungu diduga berasal dari Irian. Sekarang tersebar di seluruh Indonesia, baik ditanam atau tumbuh liar. Biasanya dijumpai di dataran rendah sampai 1250 m di atas permukaan laut, di tempat-tempat terbuka, dengan iklim kering atau lembab (Sastrapradja, 1980).
Daun ungu (Graptophyllum pictum) adalah tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak, ukurannya kecil, dan tingginya hanya dapat mencapai 3 meter. Daun ungu mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap-hadapan. Bunganya indah, bersusun dalam 1 rangkaian tandan yang berwarna merah tua. Batangnya berwarna ungu. Penampang batangnya berbentuk mendekati segitiga tumpul.
Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, tetapi tumbuhan di Jawa jarang sekali menghasilkan buah. Karena itu biasanya diperbanyak dengan setek batang. Tumbuh cepat dan tidak banyak memerlukan perawatan. Sering ditanam sebagai tanaman hias atau sebagai tanaman pagar. Juga sebagai tanaman obat. Ada beberapa varietas yang sering ditanam, yaitu varietas berdaun hijau, varietas berdaun belang, dan varietas berdaun lembayung atau ungu-merah. Yang terkenal sebagai tumbuhan obat adalah yang berdaun ungu-merah atau lembayung.
Daun ungu memiliki kandungan kimia antara lain : alkaloid, pektin dan asam formiat. Selain itu, daun dan kulit-kulit batangnya mengandung banyak zat lendir.
Menurut Thomas (1992), daun ungu ini bermanfaat untuk pengobatan ambeien, memperlancar haid, bisul, reumatik atau encok, dan melancarkan buang air seni. Sedangkan menurut Sastrapradja (1980), tumbukan daun atau kulit batangnya berguna sebagai bobok untuk mengobati borok, bisul atau bengkak. Untuk hal yang sama juga digunakan lembar daunnya yang terlebih dahulu diolesi dengan minyak kelapa, dipanaskan di atas api, kemudian ditempelkan pada bisul atau bengkak. Disamping itu seduhan daun tumbuhan ini bersama dengan daun-urat (Plantago major L.) berguna sebagai obat bawasir.
3. Jinten
Tanaman jinten (Coleus amboinicus L.) termasuk tanaman familia Labiateae, tumbuh di Tanah Air kita di berbagai daerah.
Daunnya banyak diperlukan untuk bahan bakal obat, berbau aromatik dan rasanyapun enak. Uraian mikroskopiknya adalah sebagai berikut :
a) Helai-helai daunnya tebal, berbentuk bulat telur melebar yang selanjutnya sering pula berbentuk bulat telur memanjang, sedangkan ujungnya tumpul.
b) Pangkal daun dekuren, tangkai aun panjang dan pipih, tepinya bergerigi tidak beraturan.
c) Warna daun kelabu kecoklatan dengan permukaannya berambut penutup dan berambut kelenjar.
Daun-daun tanaman ini ternyata kandungan zatnya banyak yaitu minyak atsiri sekitar 0,2 %, karvakrol, isopropil-O-kresol, dan kalium sampai 6,4 %.
Khasiatnya bagi pengobatan yaitu untuk menyembuhkan sakit batuk, mules dan sariawan. Dosisnya yang perlu diperhatikan sekitar 3 gram sampai 6 gram (Kartasapoetra, 1988).
4. Kumiskucing
Tanaman kumiskucing atau Orthosipon stamineus Benth. adalah termasuk familia Libiateae, tempat pertumbuhannya di beberapa daerah di Tanah Air kita, suka sekali akan keadaan yang agak basah.
Daun-daunnya berkhasiat obat, pengumpula daun biasanya dilakukan ketika tanaman ini berbunga, daun-daun ini berbau aromatik, lemah, rasanya kalau diperhatikan benar agak asin, agak pahit dan sepet. Uraian mikroskopik :
a) Daunnya berwarna hijaun, merupakan daun tunggal, bertangkai, berbentuk bulat telur, ada pula yang belah ketupat memanjang seperti lidah tombak.
b) Keadaan daun agak rapuh, panjang 4 cm – 12 cm, lebar 5 cm – 8 cm.
c) Tepi-tepinya bergerigi kasar tidak beraturan, ujung daun dan pangkalnya meruncing.
d) Tepi daun dan tulang daun berbulu, warna tulang daun ini hijau, tatapi ada pula yang keunguan.
Kandungan zat-zat yang terdapat pada daun yaitu minyak atsiri dan kalium (0,6 % - 3,5 %), banyak diperlukan sebagai bahan bakal obat diuretika, dengan dosis yang umum sekitar 1 gram sampai 2 gram (Kartasapoetra, 1988).
Nama daerahnya adalah Remujang (Jawa), kumiskucing (Indonesia, Sumatera), songot koceng (Madura).
Tanaman kumiskucing dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai 1.500 m dpl. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah gembur dan subur dengan kandungan humus yang cukup, dengan iklim tropis dan curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun. Pertumbuhan tanaman kumiskucing akan lebih baik di tempat yang terbuka dan disinari matahari penuh dibandingkan di tempat yang ternaungi. Sebagai tempat penanaman bibit dapat digunakan lubang tanam atau alur-alur yang dibuat sepanjang bedengan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan jarak tanam 1 m x 1 m.
5. Sirih
Tanaman sirih atau Chavica betle (L.) atau pula Piper betle L. termasuk familia Piperaceae. Daun sirih memang telah secara tradisional digunakan oleh orang-orang tua kita, ini berarti telah sejak dahulu diketahui khasiatnya sebagai bahan obat.
Daun sirih mempunyai bau khas aromatik, rasanya agak pedas, adapun uraian mikroskopiknya sebagai berikut :
a) Helai-helai daun berbentuk bulat telur, ada pula yang bulat telur memanjang.
b) Ujung daun meruncing, sedang pangkal daun berbentuk jantung yang kadang-kadang tidak setangkup.
c) Ukuran daun, panjang sekitar 5 cm sampai 18 cm, lebar sekitar 2 cm sampai 20 cm
d) Warna daun hijau tua, hijau muda agak kekuning-kuningan.
Tempat tumbuh tanaman ini di berbagai daerah di Tanah Air kita, merambat dan banyak pula dipelihara sebagai tanaman pekarangan.
Sebagai daun tanaman yang berkhasiat obat batuk, anti septika dan obat kumur, kandungan zat-zatnya yaitu :
a) Minyak atsiri sampai 4,2 % yang mengandung pula fenol yang khas yang disebut betelfenol atau aseptosol (isomir dengan egenol).
b) Khavikol dan suatu seskuiterpen.
c) Diastase 0,8 % sampai 1,8 %.
d) Zat penyamak, gula dan pati.
Sebagai bahan-bahan obat di atas, pemakaian hendaknya dengan dosis 6 % sampai 15 % sebagai infusa (Kartasapoetra, 1988).
6. Gingseng
Gingseng merupakan tumbuhan semak dan merupakan obat tradisional yang sangat popular. Bagian yang digunakan sebagai obatnya adalah akarnya. Di daratan cina dikenal sebagai ren shen.
Akar gingseng mengandung lebih dari dua ratus senyawa kimia. Beberapa diantaranya glikosida saponin, asam amino, panoxoside, ginsenosid. Penelitian menunjukkan gingseng dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki fungsi hati. Gingseng ini memiliki rasa yang manis, sedikit pahit, dan bersifat hangat. Ginseng dapat dimanfaatkan dalam keadaan segar maupun dalam bentuk awetan basah. Berkhasiat sebagai stimulan menguatkan energi vital, energi limpa, energi paru, meningkatkan fungsi dan aliran darah ke otak, aprodisiak, sedatif, dan meningkatkan imunitas.Manfaatn_ya antara lain untuk meningkatkan stamina dan gairah seksual pria, menangkal stress, gangguan prostat, diabetes, lelah, kurang nafsu makan, kanker saluran cerna, organ kemaluan wanita, paru dan leukimia.
7. Kunyit (Kunir)
Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman kunyit termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut (Rukmana, 1994) :
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping satu)
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica VALET.
Tanaman Kunyit atau Curcuma domestica Val. tempat tumbuhnya yang utama di Tanah Air kita yaitu di Pulau Jawa. Yang terpenting sebagai bahan obat yaitu bagian akar tinggalnya, yang mempunyai bau khas dan rasanya agak pahit, uraian mikroskopiknya sebagai berikut :
a) Berbentuk bulat atau jorong, bergaris tengah ± 5 cm, panjangnya sekitar 2 cm sampai 6 cm, lebar sekitar 1 cm sampai 3 cm.
b) Bagian tepinya berkeriput, bagian luar berwarna cokelat muda sedang bagian dalam berwarna cokelat muda kemerah-merahan.
Kandungan zat pada kunyit (Kartasapoetra, 1988) :
a) Zat kuning kurkumin.
b) Minyak atsiri.
c) Hidrat arang, damar, gom, dan pati.
Kunyit termasuk tanaman yang mempunyai banyak guna, tertutama bagian rimpangnya banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, bahan pewarna tekstil dan masakan serta kerajinan tangan, penyedap masakan, bumbu, rempah-rempah, dan bahan kosmetik.
Manfaat rimpang kunyit sebagai obat dapat digunakan untuk obat sakit gatal, kesemutan,gusi bengkak, luka, sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus, kudis, encok, sakit kuning, memperbaiki pencernaan dan merangsang gerakan usus serta menghilangkan perut kembung (karminativa), anti diare, obat peluruh empedu (kolagoga), koreng (skabida), racun serangga (desinfectan), penenang (sedativa), dan penawar racun (antidota). Dalam buku Tanaman Obat Penyembuh Ajaib karangan seorang pakar kesehatan Filipina bernama Herminia de Guzman Ladion, kunyit dapat digunakan sebagai obat rematik (persendian nyeri), menghilangkan ketombe dan nyeri perut oleh angin (Rukmana, 1994).
Kunyit dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian 240 m dpl hingga 2.000 m dpl. Daerah dengan curah hujan 2.000-4.000 mm/tahun merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit dapat pula tumbuh di daerah dengan curah hujan cukup dan tertata dengan baik.
Jenis tanah yang diinginkan tanaman kunyit adalah tanah ringan dengan bahan organik yang tinggi, seperti tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air. Tanaman ini dapat hidup di daerah dengan intensitas cahaya matahari penuh atau di daerah yang ternaungi. Kunyit dapat pula ditanam tumpangsari dengan padi gogo, jagung, singkong, kacang merah, atau palawija lainnya.
8. Bratawali
Tanaman Bratawali atau Tonospora rumpii Boerl merupakan jenis tanaman anggota familia Menispermaceae, tempat tumbuhnya yang utama di Jawa, Bali, dan Ambon.
Yang penting dari bagian tanaman ini yang berkhasiat obat adalah kulit batang dan kulit cabang-cabangnya. Batang bratawali biasa digunakan dalam pengobatan penyakit perut, demam, sakit kuning, sebagai obat oles atau plester untuk menghilangkan rasa sakit di pinggang, obat kudis, malaria, dan rematik. Batang bratawali mengandung zat pahit, yaitu pikroretin, dan senyawa lainnya berberin, tinokrisposid, tanin, kolumbin, palmatin, kaempferol, dan pati.
Bahan-bahan ini mempunyai bau yang lemah, dan rasanya sangat pahit. Uraian makroskopiknya sebagai berikut : keping-keping bahan ini tipis panjang, banyak tonjolan yang beralur memanjang, warnanya cokelat gelap atau kehitam-hitaman.
Kandungan zat pada bahan-bahan ini :
a) Zat damar yang lunak berwarna hijau agak kuning.
b) Alkaloida.
Dengan dosis 4 gram sampai 10 gram sangat baik digunakan sebagai tonikum, obat demam (Kartasapoetra, 1988).
Nama daerah dari bratawali adalah patarwali, akar sertin, penamar gantung (Kalimantan Tengah), antawali (Sunda), brotowali (Jawa).
Tanaman bratawali tumbuh hampir di setiap halaman rumah di perkampungan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tanaman ini dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m dpl. Sebulan sebelum tanam dan selama menunggu proses pembibitan, dibuat lubang-lubang tanam atau alur-alur tanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 30 cm. Ke dalam masing-masing lubang tanam dicampurkan pupuk kandang sebanyak 0,5 – 1 kg yang dicampur dengan tanah atau dibenamkan pada alur-alur tanaman.
9. Binahong
Binahong adalah tanaman obat dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi. Tumbuhan ini telah dikenal memiliki kasiat penyembuhan yang luar biasa dan telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan dll. Di kawasan Asia Tenggara, tumbuhan ini merupakan konsumsi wajib penduduk Vietnam ketika melawan invansi Amerika, namun sayangnya tanaman ini masih asing untuk daerah Indonesia. Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkasiat, mulai dari akar, batang dan daunnya. Pemanfaatanya bisa direbus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Dan kini, walhamdulillah, Binahong telah dikemas dalam bentuk kapsul tanpa campuran bahan-bahan lainnya, alami tanpa efek samping aman dikonsumsi semua usia serta insya Allah terjamin kehalalannya.
Kasiat utama binahong adalah:
1. Mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, melahirkan, khitan, segala luka-luka dalam, radang usus.
2. Melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah.
3. Mencegah stroke, maag, asam urat.
4. Menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh.
5. Wazir (ambeien)
6. Melancarkan buang air kecil, buang air besar.
7. Diabetes dll.
Kasiat Tambahan
1. Sariawan berat.
2. Pusing-pusing.
3. Sakit perut.