GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kabupaten Rote Ndao adalah sebuah kabupaten
di provinsi
Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Merupakan kabupaten paling selatan di Republik Indonesia. Ibukota kabupaten ini
terletak di Baa. Kabupaten in memiliki
luas wilayah 1.731 km². Kabupaten Rote Ndao memiliki luas wilayah 1280,10 km2.
Dari 96 pulau
yang ada di Kabupaten Rote Ndao, hanya 6 pulau yang berpenghuni[3],
yaitu:
- Pulau Rote dengan luas 97.854 Ha;
- Pulau Usu dengan luas 1.940 Ha;
- Pulau Nuse dengan luas 566 Ha;
- Pulau Ndao dengan luas 863 Ha;
- Pulau Landu dengan luas 643 Ha; dan
- Pulau Do'o dengan luas 192 Ha.
Hampir sebagian besar terdiri
dari padang rumput, pohon lontar, pohon
pinus, cendana, gewang, dan bakau. Hewan-hewan
menyusui besar misalnya, kerbau, sapi, kuda. Hewan menyusui kecil, misalnya
kambing, babi dan domba. Binatang menjalar misalnya ular. Unggas misalnya,
burung Kakatua, Nuri dan sebagainya.
Iklim di wilayah Kabupaten Rote
Ndao sama halnya dengan iklim di daerah lainnya dalam wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur yaitu iklim kering yang dipengaruhi oleh angin Muson dengan
musim hujan pendek, yang jatuhnya sekitar bulan Desember sampai April. seiring
dengan terjadinya perubahan iklim dan pola hujan yang tidak menentu, berakibat
pula pada tingginya dampak dan peluang risiko bencana.
Mayoritas
masyarakat Rote Ndao umumnya memeluk keyakinan kristen, berdasarkan data jumlah penduduk menurut
agama diketahui bahwa penduduk desa Londalusi yang beragama islam sebanyak ±1.888 jiwa. Besarnya angka tersebut
menjadikan agama islam di desa Londalusi (Rote Timur) sebagai agama kedua dengan jumlah jamaah
terbanyak setelah penganut agama Kristen protestan.
Banyaknya Fakir Miskin, menurut Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao tahun 2011 yang paling banyak di daerah Rote Barat Laut 2948 KK, kemudian Rote Barat Daya 2619 KK, di ikuti Rote Timur sebanyak 2525 KK, Pantai Baru 2016 KK,Lobalain 1908 KK, Rote tengah 1357 KK, Rote barat 1120 KK, dan rote selatan 472 KK. Berdasarkan
data yang diperoleh, wilayah
muslim dengan kantong kemiskinan terbanyak dan terkonsentrasi di lokasi yang
berdekatan adalah di Londalusi
kecamatan Rote timur, oleh karena itu survey difokuskan di Rote Timur.
PROFIL KECAMATAN ROTE TIMUR
1.a.
Demografis& Geografis Kecamatan Rote Timur
Luas wilayah rote timur adalah 110,84 Km2 yang terdiri
dari 6 desa dan 1 kelurahan, yaitu :
1.
Kelurahan
Londalusi
2.
Desa
Hundihopo
3.
Desa
serubeba
4.
Desa
Faifua
5.
Desa
Lakamola
6.
Desa
Yukekuku
7.
Desa
Matasio
Londalusi
termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Rote Timur,
Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis, desa ini
termasuk ke dalam wilayah pesisir karena letaknya yang berbatasan langsung
dengan Laut Sawu. Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Londalusi :
Sebelah Utara : Laut Sawu
Sebelah Selatan : Desa Hundihopo
Sebelah Barat : Desa Mukekuku
Sebelah Timur : Desa Serubeba
Jarak Desa Londalusi dari pusat pemerintahan kecamatan sekitar 0,5 km, sedangkan jarak dari ibu kota
Kabupaten berjarak 58 km. Secara administrasi, Desa Londalusi terdiri dari 4
dusun, yaitu Papela, Iia, Eahun, dan Debolok. Adapun total jumlah Rukun Warga
(RW) di Desa Londalusi adalah 7 RW dan 19 RT. Di Kelurahan / Desa Londalusi terdapat 1126 KK dimana
terdiri dari 2123 laki-laki, dan 1905 perempuan.
Luas
Wilayah Desa Londalusi adalah 12,52 Km² dengan komposisi Sawah, Tanah Kering,
Tanah Hutan, dan Tanah Fasilitas Umum. Untuk tanah sawah terdiri dari sawah
irigasi teknis 125 Ha, sawah tadah hujan 85 Ha, dan sawah pasang surut 40 Ha.
Tanah kering terdiri atas tanah pekarangan atau bangunan seluas 164 Ha, tanah
hutan belukar 10 Ha. Sementara itu untuk tanah keperluan fasilitas umum terdiri
dari tanah keperluan olah raga seluas 0,5 Ha, jalur hijau seluas 1 ha,
pemakaman seluas 2 ha, tanah tandus dan tanah pasir seluas 95 m². Selanjutnya adalah tanah yang tersedia untuk
aktivitas sosial yang diantaranya adalah masjid 2.000 m², gereja 4.000 m²,
pendidikan seluas 6.000 m². dan untuk kesehatan seluas 1.200 m².
Desa
Londalusi memiliki ketinggian wilayah 500 meter dari permukaan laut, dengan
curah hujan rata-rata 60 mm/tahun. Selain itu, terdapat 90 hari dengan curah
hujan yang banyak dan suhu udara rata-rata di wilayah Desa Londalusi antara 30°C sampai 32°C.
1.b. Mata Pencaharian
Menurut
mata pencaharian di Kelurahan Londalusi rata-rata berprofesi sebagai nelayan
yaitu sebanyak 526 orang, petani pemilik tanah sebanyak 480 orang dan sisanya
sebagai petani penggarap tanah, buruh, pedagang, PNS dll. Untuk masyarakat
muslim, yang berada di Papela pun menggantungkan kehidupannya dari hasil
laut yaitu berprofesi sebagai nelayan
kecuali warga Non
Muslim di tiga dusun selain dusun Papela, warganya bekerja sebagai petani,
berkebun dan peternak. Ketiga dusun tersebut adalah Iia, Eahun, dan Debolok.
Alternatif lain aktivitas masyarakat muslim di desa Londalusi apabila tidak
bisa menjadi nelayan adalah menjalankan usaha warung, kios atau toko sembako,
tambak garam, tambak ikan bandeng, rumput Laut, kepiting dan udang. Namun
aktivitas usaha itu sangat membutuhkan permodalan yang besar serta pengetahuan
terkait pengelolaan dan akses pasar.
Keberadaan koperasi sebenarnya
menjadi salah satu penjamin kesejahteraan masyarakat sekitar. Namun sampai pada
saat ini masih terdapat pinjaman anggota yang belum terselesaikan sehingga
menjadikan fungsi koperasi semakin lama semakin lemah. Rata-rata piutang yang
ada pada anggota berkisar antara Rp. 400.000,- sampai Rp. 1.000.000,-.
Kecenderungan anggota koperasi yang tidak menyelesaikan pinjamannya adalah
karena kondisi ekonomi dan karakter SDM yang kurang bertanggung jawab
(masyarakat menganggap kekayaan koperasi merupakan hibah dari pemerintah yang
diamanahkan pada koperasi untuk kemudian menjadi kewajiban koperasi untuk
menyalurkan langsung ke masyarakat).
Sektor perikanan merupakan mata pencaharian utama masyarakat
muslim Desa Londalusi. Sebagian besar dari warga muslim mengandalkan hasil laut sebagai penopang kehidupan
keluarganya. Masyarakat muslim yang bekerja sebagai nelayan
memiliki aktivitas melalut dengan mengikuti musim angin barat dan angin timur.
Musim angin timur terjadi pada bulan April sampai Desember dimana nelayan
berlayar menuju perairan perbatasan antan Indonesia dengan Australia dimana
fokus utamanya adalah menangkap ikan hiu. Ikan hiu ditangkap untuk kemudian
dijual siripnya. Sementara itu, pada musim angin barat nelayan akan berlayar di
sekitar pulau Rote dimana aktivitas yang dilakukan adalah menangkap udang dan
ikan bandeng.
Pada saat musim angin barat sebagai nelayan aktivitas utamanya
adalah menangkap udang dengan penghasilan antara Rp. 450.000,- sampai Rp.
600.000,-. Sementara itu untuk musim angin timur para nelayan menggantungkan
hidupnya dengan melakukan penangkapan ikan hiu untuk diambil siripnya.
Penangkapan ikan hiu dilakukan di peraiaran perbatasan antara Indonesia dengan
Australia. Maksimal penghasilan bersih nelayan sirip hiu adalah Rp. 1.845.000,-
perbulan.
Pada kondisi tertentu ada kalanya nelayan pulang dari
melaut dengan tangan hampa sehingga harus menanggung biaya operasional yang
pada akhirnya nelayan tersebut merugi atau dalam istilah warga sekitar
disebut “minus”.
Satu hal yang sangat disayangkan
adalah dengan melimpahnya hasil ikan, masyarakat
belum memiliki teknologi pengolahan
secara khusus sehingga tidak dapat meningkatkan nilai jual. Umumnya masyarakat masih
berfikir bahwa dengan dijual segar tanpa diolah sudah bisa terjual. Padahal
jika diolah menjadi produk turunan seperti kerupuk ikan, baso dan siomay ikan,
abon ikan dan lainnya akan bernilai ekonomi lebih tinggi
yang tentunya akan mengantarkan kepada peningkatan kesejahteraan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang biasa berlayar
ke perbatasan Australia, warga di Londalusi khususnya Dusun Papela tidak jarang
yang secara sengaja masuk keperbatasan australia dengan tujuan mereka dapat
ditangkap oleh pihak Australia dan di penjara. Mereka beralasan bahwa
penghasilan di penjara dapat lebih besar daripada harus berlayar tanpa hasil,
selain itu fasilitas yang ada di penjara dan tempat karantina pun sangat
lengkap, mulai dari makanan 4 sehat 5 sempurna, sarana olahraga, hiburan hingga
waktu beribadah pun di atur dan difasilitasi dengan baik.
1.c.
Pendidikan & Kesehatan
Dilihat dari aspek
pendidikan, secara umum tingkat pendidikan warga Desa Londalusi tergolong masih rendah karena sebagian besar tidak tamat
Sekolah
Dasar dan tidak sekolah serta hanya sedikit tamatan SD. Persentasi masyarakat
berdasarkan tingkat pendidikan berbanding terbalik dengan jumlah masyarakat,
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin sedikit jumlah masyarakat
yang ikut sekolah.
Tabel 4. Data Jumlah Penduduk Desa Londalusi
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
|
Belum Sekolah
|
41
|
Tidak Tamat Sekolah Dasar
|
572
|
Tamat Sekolah Dasar
|
75
|
Tamat Akademi/ Sederajat
|
11
|
Tamat Perguruan Tinggi/ Sederjat
|
33
|
Beberapa
faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Londalusi diantaranya adalah rendahnya minat anak-anak usia sekolah untuk sekolah karena lebih memilih bekerja ke laut dan
mendapatkan uang, lemahnya motivasi orang tua dalam upaya
menyekolahkan anak, keterbatasan
ekonomi
dengan anggapan mahalnya biaya pendidikan, kondisi sekolah yang kurang layak, pengaruh pergaulan dengan anak-anak yang
tidak sekolah.
Akses terhadap sarana kesehatan di Desa Londalusi sebenarnya tergolong mudah. Tercatat ada dokter,
bidan desa, puskesmas, puskesmas
pembantu, namun untuk rumah sakit biasanya warga diarahkan ke RSUD Ba’a dengan
waktu tempuh perjalanan 3 jam. Dengan
demikian melihat ketersediaan sarana dan prasarana tersebut maka dalam hal kesehatan masyarakat Desa Londalusi tidak mengalami kesulitan apabila sewaktu-waktu harus berobat. Selanjutnya,
dalam rangka
optimalisasi fungsi puskesmas sebenarnya pemerintah setempat telah
memberlakukan pelayanan kesehatan
secara gratis kepada warga masyarakat baik yang dilakukan secara masal maupun
reguler.
Namun tetap saja masih banyak terdapat warga yang belum mengetahui kegiatan tersebut sehingga
tingkat partisipasi masyarakat dirasakan masih sangat rendah.
Menurut keterangan dari pihak aparat desa diketahui bahwa banyak warga yang masih belum mengetahui keberadaan dan
fungsi puskesmas sehingga warga lebih memilih untuk melakukan pengobatan secara
tradisional yang dianggap lebih mudah dan murah dalam memberikan kesembuhan
daripada pelayanan di puskesmas yang masih belum berjalan secara optimal.
Pada
posisi lain, masyarakat muslim khususnya merasakan hal yang berbeda karena
terdapat perlakuan diskriminatif yang berbau SARA oleh pihak pemerintahan
daerah. Oleh karena itu, khusus mayarakat muslim lebih memilih sikap
sebagaimana telah diuraikan di atas. Selama
perjalanan survei kondisi puskesmas selalu sepi bahkan tidak ada tanda-tanda
aktivitas pelayanan kesehatan yang dilakukan kepada pasien. Adapula
kecenderungan penyebaran penyakit TBC masyarakat dan kondisi gizi buruk pada
usia anak-anak.
1.d.
Sarana dan Prasarana
1). Akses Jalan &
Transportasi
Desa Londalusi dapat dicapai dengan menggunakan jasa kendaraan umum dalam bentuk angkutan umum. Angkutan umum
berangkat dengan
jam pemberangkatan tertentu dengan tujuan akhir Dusun Papela. perjalanan menuju Desa Londalusi dari arah Ba’a maka akan melewati daerah Nomodale,
Olefulihaa atau kecamatan Pantai Timur dengan akses jalan yang relatif mudah namun pada kondisi tertentu mengalami perlambatan akibat banyaknya ternak kambing, domba
maupun sapi yang berkeliaran di tengah jalan. Perjalanan diawali dari Desa Ba’a
karena lokasi dermaga tempat kapal penyeberangan dari Kupang bersandar berada
di Ba’a. Selanjutnya sepanjang perjalanan memasuki wilayah Desa Londalusi tampak hutan dan hamparan hijauan
sepanjang jalan, baik sebelah kanan maupun kiri jalan.
Sarana jalan di Desa Londalusi terutama di Dusun Papela umumnya berupa jalan aspal dengan kondisi yang masih
cukup baik. Akan tetapi kondisi sarana akses transportasi dan jalan yang cukup baik tersebut tidak
didukung dengan kendaraan angkutan umum yang memadai, jumlah angkutan umum di
dusun Papela hanya terdiri dari satu unit sehingga mobilitas masyarakat menuju Dusun Papela maupun keluar dusun tidak
terlalu mudah.
Akibatnya adalah akses terhadap
perkembangan informasi dan ekonomi banyak terhambat.
Satu-satunya alternatif untuk terjadinya mobilitas adalah dengan menggunakan
sepeda motor, baik itu sewa atau menggunakan milik pribadi. Secara umum kondisi jalan sudah dapat dijangkau dengan menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat meskipun masih
ada beberapa lokasi yang kondisi jalannya belum beraspal.
2). Penerangan
& Jaringan Komunikasi
Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten Rote Ndao yang sudah terealisasi sampai saat ini adalah bantuan
penerangan yang sudah dirasakan langsung oleh masyarakat di 6 Desa dan 1
kelurahan yang tersebar di wilayah Rote Timur sebanyak 666 buah dengan rincian
sebagai berikut :
1.
KWH
meter :
125 buah
2.
SEHEN
: 541 buah
Sehingga yang belum memiliki penerangan baik KWH meter
maupun SEHEN sebanyak 799 KK yang tersebar di seluruh desa yang berada di rote
timur, untuk Londalusi jumlah rumah yang telah memiliki akses listrik adalah
sebanyak 1028, dan yang belum memiliki listrik adalah 98 rumah. Akan
tetapi pelayanan listrik di desa Londalusi masuk dalam kategori kurang baik pasalnya di desa tersebut sering
sekali terjadi pemadaman listrik sehingga hanya rumah yang memiliki diesel saja
yang tetap akan terang. Demikian
halnya dengan sarana komunikasi, warga mengandalkan sarana telepon seluler dengan operator
Telkomsel. Operator nasional yang dianggap paling baik adalah jaringan Telkomsel, ada juga operator XL
dan Im3 namun jangkauan dan
sinyalnya masih sangat tidak stabil bahkan di beberapa titik masih
banyak mengalami blindspot
kecuali untuk di lokasi yang berdekatan dengan tower pemancar ataupun dermaga. Untuk akses internet, warga harus menuju internet desa
di dekat sekolah SD Papela karena tower berada di dekat SD papela.
Akses jembatan di Desa Londalusi, Dusun Papela memiliki
akses penyebrangan yang baik, karena pada tahun 2007 pemerintah Rotendao telah
membangun jembatan penyebrangan tanjung serta didukung dengan Sarana jalan umumnya
berupa jalan aspal dengan kondisi yang masih cukup baik. Akan
tetapi kondisi sarana akses
transportasi dan jalan yang cukup baik tersebut tidak didukung
dengan kendaraan angkutan umum yang memadai, jumlah angkutan umum di dusun
Papela hanya terdiri dari satu unit atau
biasa dikenal dengan istilah “diskotik berjalan” sehingga mobilitas masyarakat menuju Dusun Papela maupun keluar dusun tidak
terlalu mudah.
Akibatnya adalah akses terhadap
perkembangan informasi dan ekonomi banyak terhambat.
Satu-satunya alternatif untuk terjadinya mobilitas adalah dengan menggunakan
sepeda motor, baik itu sewa atau menggunakan milik pribadi. Secara umum kondisi jalan sudah dapat dijangkau dengan menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat meskipun masih
ada beberapa lokasi yang kondisi jalannya belum beraspal.
3). Air & Sumber Energi
Sumber air di Londalusi mendapat pasokan dari: 1). PDAM
unit papela/Rote Timur dimana pada tahun 2011 jumlah pelanggan adalah sebanyak
258 rumah dan pemakaian air sebanyak 291.056 M3 dengan biaya
pemasangan kisaran Rp.1.000.000 sampai Rp. 2.000.00 , pembayaran yang dilakukan
setiap bulan oleh warga rata-rata sebesar Rp.35.000/rumah ; 2). mobil truk yang berkeliling
dengan dan pembagian secara bergilir yaitu 5 hari 1x, hasil wawancara dengan
warga, kebutuhan air per KK rata-rata 5000 liter/ minggu dimana satu drum berisi 200 liter seharga Rp.
15.000 sehingga dalam seminggu warga mengeluarkan dana Rp.375.000, dan apabila
diakumulasikan dalam satu bulan warga mengeluarkan dana hanya untuk kebutuhan
air bersih saja sebesar Rp. 1.500.000; 3). Sumber air lainnya adalah dengan
penggalian sumur dengan kedalaman sumur berkisar > 9 meter, dan air yang
diperoleh adalah air payau dengan kandungan kapur yang cukup tinggi, hal
tersebut menjadi penyebab warga mengidap penyakit batu ginjal karena kapur yang
semakin lama semakin mengendap dalam tubuh.
Di Londalusi, Dusun Tanjung bantuan dari pemerintah
berupa MCK dan sarana air bersih telah dibangun, akan tetapi warga dibebankan
Rp.1000/orang untuk biaya perawatan MCK. Hal tersebut membuat warga enggan
untuk menggunakan fasilitas MCK dengan alasan tidak mau
membayar biaya perawatan kebersihan bangunan tersebut. Dengan sulitnya fasilitas umum yang mudah diakses warga
dan kesadaran sanitasi yang masih minim menyebabkan lingkungan di derah tepi
pantai khususnya Dusun Tanjung kotor karena banyak sekali kotoran manusia yang
berada di sembarang tempat (khusus Masyarakat Pesisir, warga Bajo pendatang
dari Sulawesi); 4). Sebenarnya
sudah ada bantuan dari pemerintah berupa sumur bor di Dusun Eahun dan Dusun Iia,
akan tetapi warga di dusun tersebut yang mayoritas non muslim tidak ingin
berbagi air dengan dusun lainnya dan sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti alasan mengapa warga dusun tersebut tidak ingin berbagi air dengan
dusun lainnya seperti dusun papela yang mayoritas muslim.
Kebutuhan warga untuk kebutuhan sumber energi berupan
minyak tanah dan bensin sangat tinggi, mengingat sebagian besar warga memasak
dengan kompor minyak dan menggunakan kendaraan bermotor untuk akses
transportasi akan tetapi akses warga untuk mendapatkan sumber Energi seperti
minyak tanah dan bensin tidaklah mudah. Warga harus menunggu datangnya pasokan
minyak tanah dan bensin dari Kupang ke Ba’a 1 bulan 1 x yang kemudian oleh agen
minyak di ba’a akan disebarkan ke seluruh wilayah di rote seminggu 2x. Minyak
tanah di jual per drum kapasitas 200 liter seharga Rp.1.400.000,- untuk warga
yang membutuhkan dalam jumlah sedikit di dirigen-dirigen kecil warga harus
mengantri panjang agar dapat membeli minyak tanah dengan harga Rp. 4500,-
karena jika harga biasa tanpa mengantri minyak tanah berkisar antara Rp.6000
sampai Rp.8000.
3).Sarana Ibadah (Masjid)
Di Londalusi terdapat 3 masjid, yaitu masjid Al Bahri, Al
muhajirin & Al Mujahidin. Masjid paling aktif diantara ketiga nya adalah
masjid Al bahri karena masjid tersebut sering diadakan pengajian anak-anak yang
berjumlah ± 200 santri dengan 7 pengajar. Kegiatan belajar Santri-santri diisi
dengan hafalan-hafalan, membaca al qur’an dan dibagi menjadi 6 kelas sesuai
dengan usia dan kemampuan menghafal. Semua santri yang terbagi dalam 6 kelompok
belajar dalam satu waktu dan satu tempat tanpa sekat apapun hanya
lingakran-lingkaran kecil yang tersebar di berbagai penjur masjid Al Bahri yang
menjadi pembeda antar kelas, sehingga suara sahut menyahut antar para ustadz
dan ustadzah bersaing agar para santri dapat fokus dan tidak terganggu dengan
kelas lainnya.
Fasilitas seperti buku-buku keagamaan dan Al qur’an
sangat minim, para ustadz dan ustadzah pengajar hanya mendapatkan fee sebesar
Rp. 100.000/bulan bila semua santri membayar iuran, bahkan tidak jarang para
ustadzah hanya mendapatkan Rp. 50.000/bulan, serta kurangnya Da’i muda yang
siap menjadi penerus pak husein untuk memimpin, menghidupkan masjid dengan berbagai
aktivitas, dan melatih para ustadz dan ustadzah guna meningkatkan kapasitas
tenaga pengajar santri.
Masjid Al Mujahidin yang letaknya di Dusun Tanjung dimana
tanah areal masjid hasil wakaf dari TNI angkatan laut, dan saat ini sedang
dalam tahap pembangunan atas swadaya masyarakat muslim setempat, dan
pemerintah. Saat ini Masjid Al Mujahidin telah selesai di bangun tanpa
fasilitas wudhu yang memadai karena masih menggunakan tangki besar untuk saran
wudhu para jama’ah dengan kapasitas 800 liter/ 1 tangki dan air tersebut
diperoleh dengan membeli ke mobil air yang biasa berkeliling, dan tidak ada WC
umum. Jika air di masjid telah minim, para jama’ah biasa berwudhu di rumah
masing-masing sebelum berangkat shalat berjama’ah.
Thanks to:
1. pak ahmad (Ba'a)
2. pak untung (Kepala Dinas Pertambangan Rote & ketua umum BKM)
3. pak ahmad (imam masjid An nur di Ba'a)
4. mba aci (Papela, Kel. Londalusi)
5. imam masjid di Batutua
6. kepala dusun Batutua
7. pak umar (papela, kel. londalusi)
8. bu astiti (kepala sekolah SD papela di londalusi)
9. ketua koperasi di papela
10. semua staf pemerintah di Rote & warga yang bersedia menjadi narasumberkami selama survey disana
Inilah potret team survey : (kanan) ika Akmala - divisi program relief, mas husein - divisi program ekonomi, mas yusa al farisi - pertanian sehat indonesia, & mas saripudin - kampoeng ternak (paling kiri).